Keluarga yang ekonominya mampu pun tidak terlepas dari permasalahan perlindungan hak anak. Ada yang orangtuanya sibuk bekerja, sehingga anak kurang mendapat kasih sayang.Â
Contoh paling nyata adalah biasanya anak kecil lebih senang pada gadget hingga candu. Anak balita terlambat untuk mampu bicara. Anak-anak malah lebih dekat dengan bibik nya, yang sehari-hari membantu di rumah.Â
Anak-anak remaja yang mulai mencoba merokok, lantas mencoba narkoba, hingga terjerumus didalamnya. Ini semata-mata karena kurangnya perhatian orangtua pada anaknya.Â
Kasus aborsi janin yang terus terjadi, atau bayi dibuang ditempat sampah lalu meninggal. Tentu ini juga bentuk kekerasan anak yang sangat memprihatinkan.
Kekerasan banyak terjadi diluar rumahÂ
Ada anak yang dipekerjakan sebagai pengemis. Setiap hari dibawa dengan truk lalu disebar di tengah kota, menjelang malam dijemput kembali. Belum lagi ada penyewaan anak bayi untuk diajak mengemis, untuk membuat yang melihat merasa iba dan memberikan uang. Ini sungguh memprihatinkan.
Memang ada anak yang bekerja karena kemauan sendiri untuk menolong orangtuanya mendapatkan penghasilan tambahan. Ada yang ikut membantu ke sawah misalnya. Ada yang ikut memulung.Â
Ada yang menjadi tukang semir sepatu. Ada yang ikut menjadi kenek atau kondektur pada angkot yang disupiri bapaknya. Ada yang menjadi kuli panggul di pasar. Dan seterusnya.Â
Ini pun sebetulnya bukan usia mereka untuk memikul tanggung jawab itu. Mustinya mereka menikmati waktunya bermain sebagai anak seusianya dan mengecap bangku sekolah.