Buktinya gini. Pernah kah misalnya, pembaca mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Lalu menerima, karena mungkin saja itu telepon penting. Ternyata dihubungi dari pihak online / telemarketing / asuransi/ kredit. Yang bahkan kita tidak pernah tahu namanya.Â
Atau misalnya mendapat sms spam. Bahkan iklan togel dan lainnya. Pertanyaannya, dapat darimana mereka nomor hp kita? Kok bisa? Bahkan dia tahu nama lengkap kita. Kita kan tidak pernah kasih nomor hp atau data kita kesana? Kita hanya bisa dongkol tapi tidak bisa melindungi diri. Bisa saja besok lagi berulang hal sama. Ini kan mengganggu.Â
Penyelenggara webinar pun, utamanya yang bukan lembaga resmi, perlu menyadari bagaimana meminta data peserta seperlunya saja. Tidak usah ‘lebay’. Apalagi tidak ada pernyataan yang dicantumkan dalam form registrasi bahwa penyelenggara akan menjamin kerahasiaan data tersebut. Tidak memberi rasa aman bagi calon peserta.Â
Bagi calon peserta yang memahami hal ini, biasanya akan mengisi dengan data asal, misalnya nomor hp diisikan tidak lengkap, alamat tidak lengkap, sekedar mengisi agar bisa klik daftar, karena tidak mau data pribadinya direkam oleh penyelenggara.Â
Para pembaca juga perlu berhati-hati mengisikan data. Ini perlu kita kritisi bersama.  Lindungi data anda, batasi mengisikan data diri, jika dianggap tidak relevan. Apalagi jika penyelenggara webinar bukan lembaga berbadan hukum. Bagaimana kalo data itu bocor ke pihak yang tidak bertanggungjawab. Jika ada apa-apa, siapa yang bisa dituntut bertanggungjawab? (DFS)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H