Di tengah gemuruh modernisasi dan globalisasi, demokrasi Indonesia menghadapi ancaman yang tak kalah serius: pengabaian kearifan lokal.
Sebagai negara yang kaya akan budaya dan tradisi, Indonesia memiliki landasan kearifan lokal yang kuat yang telah menjadi penopang kehidupan masyarakat sejak dahulu kala.
Namun, semakin hari, demokrasi kita kian tergerus oleh arus modernisasi yang melupakan akar budaya dan kearifan lokal.
Artikel ini mengupas bagaimana pengabaian kearifan lokal dapat mengancam demokrasi Indonesia dan apa yang perlu dilakukan untuk menjaga kelangsungan demokrasi yang sehat dan inklusif.
Kearifan Lokal: Pilar Utama Demokrasi Indonesia
Kearifan lokal mencerminkan nilai-nilai, norma, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di Indonesia, kearifan lokal tidak hanya menjadi identitas budaya tetapi juga fondasi yang mendukung praktik demokrasi di tingkat lokal.
Misalnya, musyawarah dan mufakat yang diadopsi dari tradisi masyarakat adat merupakan prinsip demokrasi yang mengedepankan kebersamaan dan kesepakatan bersama.
Namun, seiring berjalannya waktu, pengaruh modernisasi dan globalisasi membuat masyarakat semakin menjauh dari nilai-nilai kearifan lokal.
Proses ini berdampak pada pola pikir dan perilaku yang lebih individualistik, mengikis semangat gotong royong dan kebersamaan yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Akibatnya, demokrasi yang seharusnya bersifat inklusif dan partisipatif menjadi terfragmentasi dan terpolarisasi.
Pengabaian Kearifan Lokal: Ancaman Nyata bagi Demokrasi
- Erosi Identitas Budaya