Jakarta, 25 Mei 2024** – BetawiNews di bawah kendali PT Betawi Global Korporatindo bersama-sama dengan para pemangku kepentingan terus memantau dan mengawal upaya mengukuhkan Jakarta sebagai kota global yang tetap menghargai dan melestarikan adat serta budaya lokal, DIRJEN OTDA KEMENDAGRI, BAMUS Betawi, dan Kauskus Muda Betawi akan segera menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD).
Yang pertama akan di lakukan oleh DIRJEN OTDA KEMENDAGRI bersama BAMUS Betawi pada tanggal 27 Mei 2024 lusa yang di mana ajang Silaturahmi ini juga memberikan kesempatan untuk para pemangku kepentingan dari semua lini dan elemen masyarakat Betawi berikut ormas yang mewadahi ormas-ormas Betawi lainnya seperti BAMUS Betawi 1982, akan dapat lebih banyak bertukar pikiran, di selenggarakan juga berikutnya oleh Kaukus Muda Betawi pada tanggal 29 Mei 2024 hari rabu di pekan yang sama. Di Kawasan Jakarta Pusat.
Pertemuan ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan langkah konkret dalam implementasi UU DKJ yang baru disahkan.
Membangun Jakarta Berbasis Adat dan Budaya FGD ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus diskusi intensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Tujuannya adalah untuk mencari solusi bersama dalam memadukan kearifan lokal Betawi dengan pembangunan kota yang modern dan global.
Diskusi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pelestarian budaya, pengembangan ekonomi berbasis budaya, hingga peran pemuda dalam memajukan Jakarta. Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, seni dan budaya memiliki kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa negara.
Pada tahun 2023, sektor ini menyumbang sekitar 10% dari total devisa, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 5%. Lebih spesifik lagi, seni dan budaya Betawi memiliki peran penting dalam meningkatkan PDB per kapita masyarakat inti Jakarta.
Seni Budaya sebagai Pendorong Ekonomi Statistik menunjukkan bahwa acara seni budaya Betawi, seperti Festival Lenong dan Tari Topeng, berhasil menarik ribuan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya.
Pada tahun 2023, festival-festival tersebut menyumbang sekitar Rp1 triliun terhadap ekonomi lokal. Selain itu, kerajinan tangan dan kuliner khas Betawi turut mendongkrak pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru. Peningkatan penerimaan devisa ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan infrastruktur dan layanan publik yang lebih baik. Sebagai contoh, peningkatan pendapatan dari sektor seni dan budaya telah digunakan untuk memperbaiki fasilitas umum, termasuk museum dan pusat kebudayaan, yang menjadi daya tarik wisatawan.
Rekonstruksi Jakarta sebagai Kota Finansial Dunia Dalam konteks rekonstruksi Jakarta sebagai salah satu kota finansial dunia, penggabungan antara kearifan lokal Betawi dan modernitas menjadi kunci utama. Kebudayaan Betawi, dengan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan keramahan, menjadi landasan yang kuat dalam membangun citra Jakarta di mata dunia.
Pemerintah dan masyarakat Jakarta menyadari bahwa untuk mencapai status kota global, tidak hanya diperlukan kemajuan ekonomi, tetapi juga pelestarian budaya yang menjadi identitas kota.