Pilkada DKJ (Daerah Khusus Jakarta) 2024 membawa pertemuan antara tradisi Betawi dan aspirasi modern. Dengan Majelis Adat Betawi yang dipimpin oleh Kong Haji Edi Naraplaya dan Bang Haji Marullah Mattali sebagai Ketua Majelis Persatuan Kaum Betawi, serta figur seperti Mpok Silvi yang diperkirakan akan berperan penting, kampanye ini menyoroti kebutuhan untuk menjaga nilai adat. Kandidat seperti Dharma Pongrekun dan R. Kun Wardana Abyoto menawarkan fokus pada keamanan cyber dan inovasi teknologi, sementara Sudirman Said dan Abdullah Mansuri mengusung visi pengembangan ekonomi. Di tengah kemungkinan para calon-calon jalur independen di atas, Ridwan Kamil dan politikus-politikus dari partai besar seperti PKB, Golkar, dan PKS membentuk strategi untuk menarik pemilih urban muda.
Hasbiallah Ilyas, Ahmed Zaki Iskandar, dan Mardani Ali Sera dari partai-partai di yang di sebutkan di atas juga berperan dalam mengarahkan koalisi dan politik Jakarta masa depan, menunjukkan sinergi antara kemajuan dan tradisi.
Sinergi antara kemajuan teknologi dan pelestarian budaya. Pilkada kali ini tidak hanya pertarungan politik tetapi juga arena bagi pelestarian identitas dan pengembangan masyarakat inti Jakarta yaitu kaum Betawi.
Para sesepuh Betawi hadir dan eksis untuk menegaskan pentingnya mempertahankan nilai adat dalam kepemimpinan modern. Kyai Lutfi imam besar FBR (Forum Betawi Rempug), Bang H. Oding (Ketum BAMUS Betawi 1982), Bang H. Moh. Ihsan (Ketum FORKABI) Prof. Daelami Firdaus (Senator Jakarta), dan Mpok Fahira Idris (Senator Jakarta) mewakili aspirasi ini.
Pilkada DKI Jakarta 2024 menghadirkan tantangan unik dalam mengintegrasikan tradisi Betawi dengan inovasi teknologi dan pengembangan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi Jakarta yang berada di angka 5.3% sebelum pandemi, dan sektor teknologi yang tumbuh 9% tahunan, peluang untuk integrasi semakin terbuka. Namun, pelestarian budaya Betawi tetap menjadi kekhawatiran, mengingat hanya 28% warga asli Betawi yang merasa tradisi mereka masih terjaga di tengah modernisasi.
Jakarta menghadapi tantangan penting dalam Pilkada 2024: mengintegrasikan keberlanjutan budaya Betawi dengan kemajuan teknologi dan ekonomi. Kandidat yang mampu menyatukan tiga aspek ini akan tidak hanya memenangkan hati pemilih, tetapi juga menentukan masa depan Jakarta.
Penggunaan teknologi dalam mempertahankan dan mempromosikan budaya Betawi, sambil mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menjadi agenda sentral. Artikel ini akan dapat menyerukan untuk lebih menggali strategi para kandidat, ekspektasi masyarakat, dan implikasi kebijakan yang diusulkan, memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana Pilkada kali ini bisa menjadi titik balik untuk Jakarta di kancah global dan peradaban dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H