Mohon tunggu...
David Cornelis
David Cornelis Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Mahasiswa Doktor Bisnis dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Janji Milenial: Sebuah Catatan Sumpah Pemuda

28 Oktober 2019   14:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   15:00 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah catatan untuk anak muda Indonesia dalam memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, untuk mengingat tentang sejarah dan semangat pergerakan kemerdekaan Indonesia dalam upaya menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Hari sumpah pemuda pada 1928 lahir dari buah hasil kolaborasi dua generasi dua dekade sebelumnya, gagasan Wahidin Soedirohoesodo disambut pemuda berumur 20 tahun yang bernama Soetomo, yang berbentuk disrupsi idealisme terhadap feodalisme, kekuatan untuk melawan kolonialisme, serta titik tolak dari sikap etnonasionalis yang melebur menjadi satu semangat satu Indonesia.

Di depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia terdengar pekik kemerdekaan, persatuan, kedaulatan, keadilan dan kemakmuran. Untuk pemberian itulah, anak muda Indonesia harus berpikiran segar dan berkaki kuat untuk dapat berlari ke masa depan, diikuti kejernihan nalar untuk perubahan yang lebih baik. Anak muda adalah pengubah dan asa bangsa, maka dari itu harus mawas diri karena satu dekade lagi Indonesia akan menikmati bonus demografi, ketika jumlah anak muda lebih banyak daripada kaum tua, dan menjadi tulang punggung yang menentukan nasib bangsa dengan menyiapkan sebuah negara yang dibangun dari, untuk, dan oleh anak muda.

Indonesia harus dapat memanfaatkan bonus demografi, seperti Jepang di 1950, Korea di 1970, serta China di 1990. Di tengah kabar baik tersebut, ada survei di 2016 datang dari Organisasi Buruh Internasional yang mengingatkan adanya empat juta anak muda yang masih menganggur sebab ketidakmampuan mereka untuk mengakses pendidikan, kurangnya keahlian dan pelatihan, serta minimnya pertemanan dan pengalaman kerja. Terdapat jurang antara keterampilan yang mereka miliki dengan kebutuhan industri di tengah kedinamisan teknologi. Anak muda yang menganggur rentan pada kabar bohong dan kriminalitas.

Anak muda yang orisinil dan otentik yang kaya pluralitas diperlukan di negeri ini, yang tidak apatis dan mau berdialektika. Anak muda yang imajinatif dan logis tak akan terkalahkan zaman karena mereka tahu ke mana yang dituju dan menganggap suatu ketidakmungkinan adalah sebuah kebohongan. Anak muda jadilah subversif dalam menyiapkan perubahan-perubahan besar via transformasi sosial dengan kombinasi teknologi, wawasan, dan modal sosial. Anak muda harus bersikap konsisten dan punya keinginan utopis menawarkan masa depan dan menghipnotis dunia melalui karya populer dengan kata kunci perubahan yang akan membuat sejarah baru kehidupan. Keresahan anak muda adalah gelora pragmatisme, bukan sekadar terlarut romantisme revolusi industri masa kini.

Tugas anak muda adalah membuat perbedaan. Yang tak belajar dari masa lalu bukanlah pemilik masa depan, mereka hanya jadi penumpang peradaban. Kekuasaan kini mungkin masih milik kaum tua, tapi kejayaan dan masa depan milik anak muda. Republik ini didirikan dengan semangat kemudaan. Anak muda pemimpin energi pembaruan yang kerap menyalakan api pembangunan negara. Idealisme anak muda adalah keberanian tampil beda melawan arus utama. Anak muda harus baper, bawa perubahan. Dan harus menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, dan kesetiaan untuk menjadi generasi muda yang berbeda, serta tak tersia-sia.

Kaum tua meragukan mimpi anak muda karena tidak dapat melihat sejauh anak muda menatap. Kaum tua hidup di masa lalu, anak muda hidup di masa depan, dan masa kini milik keduanya yang bersahabat. Kegagalan anak muda dalam membuat perubahan adalah ketidakmampuan untuk mengerti kemampuan diri. Anak muda yang radikal dan kritis harus membangun sebuah optimisme kolektif yang mampu mewujudkan mimpi Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Anak muda tak usah resah serta berkeluh kesah, melainkan harus mandiri dan militan, seperti Bung Karno pernah mengingatkan bahwa perjuangan anak muda akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri. Anak muda memegang tongkat perubahan, harus berani bermimpi konkret dan bertindak progresif yang mencetus suatu kegerakan nasional yang mengguncangkan dunia, menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera. Tugas anak muda bukan memikirkan kemerdekaan, melainkan memerdekakan pikiran. Anak muda harus penuh referensi logika kekinian tanpa sentimen primordial sehingga bisa menularkan ekspresi kreatif demi kemajuan inovatif yang dapat diwariskan dalam bentuk kebaikan, keindahan, dan kebenaran.

Landasan setiap negara adalah pendidikan kaum mudanya. Anak muda adalah harapan masa depan nusantara. Kegagalan berinvestasi pada anak muda mencerminkan gagapnya sebuah bangsa membaca zaman, karena merekalah pemilik semangat kebangkitan intelektual dan pemegang kunci keberhasilan hari esok melalui kolaborasi dan partisipasi dalam pembangunan. Franklin Roosevelt mengingatkan, kita tidak bisa selalu membangun masa depan untuk masa muda kita, tetapi kita dapat membangun masa muda kita untuk masa depan.

Anak muda tanpa mimpi, hidupnya sepi. Tanpa cita-cita, tak bisa mengisi kemerdekaan dan memelihara sumpah. Bangunlah jiwamu dan badanmu, kibarkan dan kobarkan semangat keindonesiaanmu untuk Indonesia Raya. Selamat berjuang anak muda Indonesia karena waktu berpihak pada Anda. Bergegaslah, karena waktu tak berpihak pada yang meragu. Selamat memperingati dan merayakan hari sumpah pemuda, wahai anak muda Indonesia!

David Cornelis Mokalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun