Mohon tunggu...
David Christian Ferdinand
David Christian Ferdinand Mohon Tunggu... Lainnya - Be creative, innovative, and unbreakable !

A man who interested in Health, Science and Technology

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

New Normal = Gak Normal

3 Juli 2020   08:00 Diperbarui: 3 Juli 2020   20:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2020, merupakan masa dimana dunia berada dalam kekacauan yang sangat besar. Dunia sedang menghadapi musuh besar yang biasa kita kenal sebagai wabah penyakit virus corona atau disebut sebagai Corona Virus Diesase 2019 (COVID-19). Virus ini dikabarkan pertama kali muncul di kota Wuhan, China. Virus ini banyak memakan korban jiwa karena orang yang terjangkit akan mengalami kondisi batuk, demam, sesak napas, dan bahkan gagal napas. Sampai sekarang ini vaksin virus tersebut masih belum ditemukan. Oleh karena itu, berdasarkan anjuran dari organisasi kesehatan dunia yaitu WHO, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 ialah dengan melakukan physical distancing. Berdasarkan anjuran tersebut, pihak pemerintah (Kemenkes RI) akhirnya menerbitkan protokol kesehatan untuk mencegah penyakit COVID-19. Protokol tersebut mewajibkan masyarakat yang hendak beraktivitas di luar wajib menggunakan masker, cuci tangan dan cek suhu badan sebelum memasuki suatu tempat, serta jarak antar individu minimal 1 meter. Di awal bulan Maret 2020, telah dikabarkan bahwa ada 2 orang di Indonesia yang terjangkit COVID-19. Hal ini menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat. Berdasarkan kasus tersebut, akhirnya pemerintah pusat menerbitkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar) dimana segala aktivitas dilakukan dari rumah (work from home). Kebijakan PSBB pun dijalankan mulai awal Maret hingga bulan Juni 2020. 

Dari hasil penerapan kebijakan PSBB di Indonesia, kita dapat mengetahui bahwa kebijakan ini memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan terbesar dari kebijakan tersebut ialah di bidang ekonomi. Banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat PSBB tersebut. Banyak barang dagangan seperti pada warung, pasar, toko, kedai, dan sebagainya menjadi sepi dan tidak laku. Apabila hal ini terus dijalankan, dapat dikhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis ekonomi. Oleh karena itu, bapak Presiden Jokowi mulai mengkaji ulang kebijakan-kebijakan yang dapat dijadikan suatu solusi dimana ekonomi masyarakat bisa pulih serta dari segi kesehatan, protokol COVID-19 juga dijalankan sangat ketat. Hal ini tentunya juga mempertimbangkan data probabilitas tingkat persebaran COVID-19 di masyarakat serta saran dari pihak scientist atau ahli medis. Berdasarkan hal ini, muncul suatu istilah baru yang kita sebut sebagai "New Normal" atau dalam bahasa Indonesia ialah Kenormalan Baru. New Normal adalah suatu kebijakan dimana segala sesuatu dijalankan senormal mungkin dengan menerapkan protokol COVID-19 seketat mungkin. Akan tetapi, sangat disayangkan karena begitu kebijakan ini dijalankan, angka kasus positif COVID-19 di Indonesia meningkat drastis. Bahkan, dari beberapa channel berita di luar negeri juga mengklaim bahwa Indonesia merupakan salah satu daerah epicentrum penyebaran COVID-19 di dunia. Sungguh miris sekali nasib negeri ini.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ternyata hal ini terjadi dikarenakan banyak sekali warga yang melanggar protokol kesehatan. Banyak sekali yang mengabaikan dan secara terang-terangan tidak menggunakan masker. Ada juga yang menggunakan masker secara tidak benar dimana masker tersebut hanya menutupi bagian mulut saja sedangkan lubang hidung terbuka lebar. Hal ini banyak dijumpai pada daerah-daerah seperti pasar tradisional, gang-gang kecil, jalan kecil (warung, tempat tambal ban, dan banyak lagi). Dari sini dapat diketahui bahwa kebijakan "New Normal", dianggap semuanya benar-benar normal. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa kondisi Indonesia justru masih dalam keadaan genting. Bukan hanya Indonesia melainkan seluruh dunia juga menghadapi hal ini. Dari sini, "AKAR" permasalahan ialah "KESADARAN MASYARAKAT YANG SANGAT KURANG". Kita tahu bahwa New Normal ini bukan keadaan normal baik-baik saja. Kita juga tahu bahwa kapasitas Rumah Sakit Rujukan COVID-19 hampir semua overload. Kita juga tahu bahwa virus ini masih belum ada obatnya. Lalu pertanyaannya, "Apakah kondisi ini bisa disebut sebagai keadaan normal baik-baik saja?". Lalu pertanyaan selanjutnya, "apabila kondisi makin parah, bagaimana solusinya?". Pertanyaan ini penting sekali untuk bisa dijawab. Banyak dari kita memang memiliki watak keras hati dan tidak peduli. Bahkan beberapa orang juga berkata "Saya cuma takut sama Allah, saya cuma takut sama Tuhan, dan saya tidak takut dengan corona". Akan tetapi sadarkah kalian bahwa dengan mentaati protokol kesehatan dengan baik berarti kita berkontribusi besar untuk negara kita tercinta, berkontribusi besar untuk anak-cucu kita, serta kita berkontribusi besar untuk masa depan.

Di Era Pandemi ini, benar apa yang dikatakan oleh Pak Jokowi bahwa ini bukan kondisi biasa-biasa saja. Oleh karena itu, pemerintah akan melaksanakan tindakan extraordinary untuk antisipasi kondisi krisis setelah corona. Pemerintah sudah mengupayakan segala macam kebijakan yang terbaik untuk negara ini. Mulai dari rapid test massal, pembagian APD gratis oleh gugus tugas covid, program kampung tangguh, dan banyak sekali. Kita sebagai rakyat Indonesia patut bersyukur akan hal ini karena memiliki sosok pemerintah yang cinta akan rakyatnya. Akan tetapi, beberapa kasus membuat hati rakyat Indonesia sedih bagaikan pisau tajam yang menyayat hati. Beberapa laporan berita seperti kasus Bu Risma yang sujud menangis berderai air mata di hadapan kepala RSUD dr. Soetomo akibat kapasitas RS yang overload, sedangkan rakyat Surabaya juga banyak yang melanggar protokol. Melihat Bu Risma selaku walikota Surabaya yang bekerja dengan sangat extraordinary, kita sebagai warga negara Indonesia juga merasa bahwa kita juga harus ikut serta dalam menangani COVID-19. Jangan segala sesuatu dilimpahkan ke pemerintah, kejadian buruk apapun yang disalahkan pemerintah. Ingat!! sebagai warga negara Indonesia kita wajib memiliki rasa cinta tanah air (nasionalisme). Dahulu kala, rasa nasionalisme ditunjukkan secara nyata dengan partisipasi rakyat Indonesia dalam berjuang berperang melawan penjajah. Akan tetapi di Era Pandemi ini, kita juga harus berjuang melawan musuh besar kita yaitu corona. Sebagai rakyat Indonesia, kita dapat melakukan banyak hal positif untuk menyadarkan saudara-saudara kita yang tidak mentaati protokol seperti melakukan kampanye menggunakan masker secara online, video-video edukasi terkait protokol kesehatan di media sosial, gerakan masker Indonesia, dan banyak lagi. Tentunya hal tersebut perlu didukung oleh barbagai macam pihak. Apabila kesadaran masyakarat dalam mentaati protokol meningkat, kebijakan New Normal dapat dilakukan secara baik. Hal ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah Indonesia krisis di masa setelah corona berakhir. Semoga para pembaca artikel ini bisa sadar dan mau bersama-sama menyadarkan saudara-saudara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun