perahu, kalau mau kita namakan perahu perjuangan, perahu perjuangan tersebut selalu berllabuh dalam pelabuhan harapan, harapan kaum miskin, harapan kaum buruh, harapan kaum petani. biasanya yang menaiki perahu tersebut adalah manusia-manusia yang kurang beruntung dari segi materi namun kaya akan jiwa, manusia-manusia yang menaiki perahu tersebut adalah manusia-manusia yang merasa haknya terabaikan, manusia-manusia yang merasa tertindas dan butuh keadilan, bisa dikatakan penumpang perahu tersebut merupakan anak zaman pilihan. jika ingin menaiki perahu tersebut tidak di butuhkan uang banyak, tiketnya cukup komitmen dan konsistensi untuk tidak keluar dari garis perjuangan.
jika ingin menggunakan sebuah analogi, dalam alam perjuangan dibutuhkan sebuahBahayanya ketika dari sekian banyak penghuni perahu perjuangan, ada yang tidak memiliki tiket tapi berhasil masuk di dalamnya, kekuatan sebuah gerakan adalah kesatuan rasa dan kesatuan pandang, jika dari sekian banyak penumpang perahu ada yang tidak memiliki kesatuan rasa maka bisa di prediksi hasilnya nanti seperti apa. Dalam sejarah kemanusiaan selalu ada yang namanya perang. Dalam sejarah kemanusiaan juga selalu ada sekelompok orang, komunitas, atau kaum yang memposisikan dirinya sebagai yang tertindas dan menindas, sebagai penjajah dan yang di jajah, rasa-rasanya memang seperti itu, fakta sejarah membuktikan demikian. Setiap dari kelompok atau kaum melakukan gerakan yang memperjuangkan idiologinya, entah idiologi yang di usungnya mendapat restu dari langit ataukan menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.
Negara Indonesia rasa-rasanya salah satu negara yang sudah memberikan warna dalam sejarah negara-negara dunia, seperti halnya negara berkembang lainnya, negara Indonesia masyarakatnya pernah mengalami masa-masa di mana haknya terabaikan oleh kejamnya alam imprealisme, Olehnya bahasa perjuangan sudah lekat dalam setiap benak masyarakat Indonesia, Â akan berbeda mentalitas kaum buruh dan kaum borjuis, kaum penggarap tanah dan kaum tuan tanah, kaum petani dan pejabat-pejabat wakil rakyat. Bagi mereka yang pernah mengalami perihnya penderitaan pastilah akan mencoba lebih bijak dan jauh dari sifat-sifat egosentrisme yang mengarah pada keserakahan. Bagi mereka yang pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya akan tahu bagaimana arti sebuah perjuangan di banding dengan mereka yang terbiasa hidup mewah dan merasa nyaman dengan segala fasilitas yang mereka miliki.
Ada yang bilang bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, namun tahukah arti dari kata merdeka?. Bagi saya merdeka berarti tidak ada lagi masyarakat yang tinggal di kolong jembatan, tidak ada lagi masyarakat yang rumahnya di gusur karena kalah dalam persidangan melawan pengusaha-pengusaha kaya untuk membangun perusahaan besar miliknya di tanah yang di tempati warga (tuna wisma), tidak ada lagi yang mati di hakimi masa karena mencuri sebungkus roti untuk menghidupi keluarganya yang di rumah, tidak ada lagi yang mati kelaparan karena uang yang seharusnya menjadi haknya untuk membeli makanan di pergunakan pejabat untuk berfoya-foya keluar daerah dengan alasan studi banding atau terburuknya di korupsi. Merdeka adalah bagaimana tidak ada lagi yang namanya korupsi dalam diri setiap pemimpin baik itu dalam pemerintahan eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Merdeka memang kata yang mudah di ucapkan namun ketika di sinkronkan dengan kehidupan nyata kadang jauh dari harapan, Â bagi saya pribadi ketika dari sekian banyak masyarakat Indonesia ada yang merasa hak-haknya di ambil secara tidak adil sehingga membentuk persepsi bahwa pribadi tersebut tertindas maka bisa di katakan negara ini belum merdeka. Ya bisa di katakan merdeka hanya untuk mereka yang hidup dalam posisi nyaman dengan fasilitas serba luar biasa tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya, khususnya bagi yang punya tanggung jawab untuk mensejahterakan dan memberikan hak bagi mereka yang membutuhkan, ketika para pemimpin yang memiliki tanggung jawab tersebut berbuat seenak maunya dengan menutup mata dan telinga atas nasib-nasib mereka yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya maka bisa di katakan pribadi-pribadi tersebut adalah penjajah moderen dengan topeng pribumi.
Bagi saya merdeka adalah posisi di mana kita tidak dalam posisi tertindas ataupun menindas, merdeka adalah di mana hak-hak kita terpenuhi  dan tidak ada yang menjajah kita, merdeka adalah ketika kita menghargai orang lain dan ketika kita di beri tanggung jawab untuk memimpin maka kita melaksanakan tugas tersebut dengan amanah, itulah makna merdeka bagi saya, olehnya yang menjadi pertanyaan apakah bangsa Indonesia ini sudah benar-benar MERDEKA secara esensi?. Kalau belum marilah yang merasa belum merdeka untuk sama-sama menaiki perahu perjuangan untuk menuju pulau peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H