Mohon tunggu...
Ishaq Mohamad
Ishaq Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Menulis adalah pengabdian, Pena dan goresan kata adalah senjata ampuh untuk membentuk peradaban, Tulisan memiliki kekuatan untuk merubah sesuatu termasuk merubah dunia, dan menulis adalah tugas manusia untuk mengawal zaman, yakusa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perahu Harapan

23 September 2023   10:33 Diperbarui: 23 September 2023   10:37 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: panrita.news

jika ingin menggunakan sebuah analogi, dalam alam perjuangan dibutuhkan sebuah perahu, kalau mau kita namakan perahu perjuangan, perahu perjuangan tersebut selalu berllabuh dalam pelabuhan harapan, harapan kaum miskin, harapan kaum buruh, harapan kaum petani. biasanya yang menaiki perahu tersebut adalah manusia-manusia yang kurang beruntung dari segi materi namun kaya akan jiwa, manusia-manusia yang menaiki perahu tersebut adalah manusia-manusia yang merasa haknya terabaikan, manusia-manusia yang merasa tertindas dan butuh keadilan, bisa dikatakan penumpang perahu tersebut merupakan anak zaman pilihan. jika ingin menaiki perahu tersebut tidak di butuhkan uang banyak, tiketnya cukup komitmen dan konsistensi untuk tidak keluar dari garis perjuangan.

Bahayanya ketika dari sekian banyak penghuni perahu perjuangan, ada yang tidak memiliki tiket tapi berhasil masuk di dalamnya, kekuatan sebuah gerakan adalah kesatuan rasa dan kesatuan pandang, jika dari sekian banyak penumpang perahu ada yang tidak memiliki kesatuan rasa maka bisa di prediksi hasilnya nanti seperti apa. Dalam sejarah kemanusiaan selalu ada yang namanya perang. Dalam sejarah kemanusiaan juga selalu ada sekelompok orang, komunitas, atau kaum yang memposisikan dirinya sebagai yang tertindas dan menindas, sebagai penjajah dan yang di jajah, rasa-rasanya memang seperti itu, fakta sejarah membuktikan demikian. Setiap dari kelompok atau kaum melakukan gerakan yang memperjuangkan idiologinya, entah idiologi yang di usungnya mendapat restu dari langit ataukan menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.

Negara Indonesia rasa-rasanya salah satu negara yang sudah memberikan warna dalam sejarah negara-negara dunia, seperti halnya negara berkembang lainnya, negara Indonesia masyarakatnya pernah mengalami masa-masa di mana haknya terabaikan oleh kejamnya alam imprealisme, Olehnya bahasa perjuangan sudah lekat dalam setiap benak masyarakat Indonesia,  akan berbeda mentalitas kaum buruh dan kaum borjuis, kaum penggarap tanah dan kaum tuan tanah, kaum petani dan pejabat-pejabat wakil rakyat. Bagi mereka yang pernah mengalami perihnya penderitaan pastilah akan mencoba lebih bijak dan jauh dari sifat-sifat egosentrisme yang mengarah pada keserakahan. Bagi mereka yang pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya akan tahu bagaimana arti sebuah perjuangan di banding dengan mereka yang terbiasa hidup mewah dan merasa nyaman dengan segala fasilitas yang mereka miliki.

Ada yang bilang bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, namun tahukah arti dari kata merdeka?. Bagi saya merdeka berarti tidak ada lagi masyarakat yang tinggal di kolong jembatan, tidak ada lagi masyarakat yang rumahnya di gusur karena kalah dalam persidangan melawan pengusaha-pengusaha kaya untuk membangun perusahaan besar miliknya di tanah yang di tempati warga (tuna wisma), tidak ada lagi yang mati di hakimi masa karena mencuri sebungkus roti untuk menghidupi keluarganya yang di rumah, tidak ada lagi yang mati kelaparan karena uang yang seharusnya menjadi haknya untuk membeli makanan di pergunakan pejabat untuk berfoya-foya keluar daerah dengan alasan studi banding atau terburuknya di korupsi. Merdeka adalah bagaimana tidak ada lagi yang namanya korupsi dalam diri setiap pemimpin baik itu dalam pemerintahan eksekutif, yudikatif dan legislatif.

Merdeka memang kata yang mudah di ucapkan namun ketika di sinkronkan dengan kehidupan nyata kadang jauh dari harapan,  bagi saya pribadi ketika dari sekian banyak masyarakat Indonesia ada yang merasa hak-haknya di ambil secara tidak adil sehingga membentuk persepsi bahwa pribadi tersebut tertindas maka bisa di katakan negara ini belum merdeka. Ya bisa di katakan merdeka hanya untuk mereka yang hidup dalam posisi nyaman dengan fasilitas serba luar biasa tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya, khususnya bagi yang punya tanggung jawab untuk mensejahterakan dan memberikan hak bagi mereka yang membutuhkan, ketika para pemimpin yang memiliki tanggung jawab tersebut berbuat seenak maunya dengan menutup mata dan telinga atas nasib-nasib mereka yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya maka bisa di katakan pribadi-pribadi tersebut adalah penjajah moderen dengan topeng pribumi.

Bagi saya merdeka adalah posisi di mana kita tidak dalam posisi tertindas ataupun menindas, merdeka adalah di mana hak-hak kita terpenuhi  dan tidak ada yang menjajah kita, merdeka adalah ketika kita menghargai orang lain dan ketika kita di beri tanggung jawab untuk memimpin maka kita melaksanakan tugas tersebut dengan amanah, itulah makna merdeka bagi saya, olehnya yang menjadi pertanyaan apakah bangsa Indonesia ini sudah benar-benar MERDEKA secara esensi?. Kalau belum marilah yang merasa belum merdeka untuk sama-sama menaiki perahu perjuangan untuk menuju pulau peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun