Mohon tunggu...
David Paska Suarya
David Paska Suarya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis yang terobsesi dengan dunia sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

Polemik dalam Sepak Bola, FIFA dan UEFA Hanya Pedulikan Uangnya Saja

8 September 2024   10:58 Diperbarui: 8 September 2024   11:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Getty Images/iStockphoto 

Penulis: David Paska Suarya

Menambah kuota partisipan dalam kompetisi UEFA Champions League dan FIFA Club World Cup season 2024/2025 menuai kecaman dari para seniman sepak bola. Pemain mengeluhkan jadwal padat yang disebabkan oleh kebijakan FIFA dan UEFA yang menambah kuota partisipannya. Apakah FIFA dan UEFA salah jika menambah kuota partisipanya?, tentu tidak, karena mereka selaku yang memiliki kompetisi tersebut berhak mengatur dan merancang sistem kompetisi dan partisipannya. 

Namun, FIFA dan UEFA terkadang melupakan kesejahteraan pemain, yang mana pemain ingin memiliki waktu liburannya dengan menghabiskan bersama keluarganya. Oleh FIFA dan UEFA, hal ini diabaikan dengan menambah kuota partisipan yang membuat liburan para pemain harus berakhir sangat cepat dan terkesan tidak ada waktu berkumpul dengan keluaraganya. 

Di satu sisi, FIFA dan UEFA menjadikan sepak bola sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan besar melalui penjualan Hak Siar Pertandingan kepada saluran televisi di seluruh penjuru dunia, serta mereka mengabaikan harga transfer para pemain sepak bola yang terkesan "Di luar Nalar" dan keluh kesah klub yang harus mengeluarkan uang yang besar untuk menambah kedalaman skuad.

Di tengah jadwal yang padat, tentu klub akan mengeluarkan uang demi menambah kedalam skuad untuk menjalani kompetisi yang sangat padat tersebut. Mengapa kedalaman skuad itu sangat penting?, karena resiko cidera akan semakin tinggi, oleh karena itu, performa klub harus dapat stabil dengan menambah kedalaman skuad untuk bisa mempertahankan konsistensi permainan dan hasil.

Oleh karena itu, kedalaman skuad yang sangat penting dijadikan alasan untuk menetapkan harga transfer setinggi-tingginya, serta kebijakan kuota homegrown  harus dapat terpenuhi. maka dari itu, klub secara kalkulasi perhitungganya harus cermat dalam membaca situasi harga transfer dan kebutuhan klub di tengah persaingan harga dan padatnya kompetisi. 

Situasi yang dialami ini oleh klub dan pemain juga sesuai apa yang disampaikan oleh Johan Cruyff selaku "The GodFather Of Total Football Philosophy" dengan kutipannya "Sepak bola sekarang semua tentang uang, ada yang salah dalam nilai-nilai sepak bola". kutipan ini sesuai dengan apa yang terjadi saat ini.

Harga transfer yang tidak masuk akal ini menjadi polemik bagi klub sepak bola terhadap kebijakan FIFA dan UEFA yang tidak bisa mengintervensi harga transfer pemain yang sudah diluar batas. FIFA dan UEFA harus dapat menetapkan sistem harga transfer yang baku dengan berbagai indikator agar harga transfer para pemain tidak bisa "seenak jidat". 

Apabila FIFA dan UEFA menambah kuota partisipan, mereka juga harus bisa memperhitungkan mengenai kesejahteraan pemain, dalam hal ini bukan pada pendapatan pemain, melainkan waktu berkumpul dengan keluarganya yang diambil hanya untuk dijadikan alat perputaran uang didalam sepak bola. selain kesejahteraan pemain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun