Mohon tunggu...
David Purba
David Purba Mohon Tunggu... -

Mencoba menikmati hidup itulah keinginan saya. Mempelajari diri sendiri inilah tujuan hidup. berbagi bagi sesama itulah sumber kebahagiaan. menghormati hakekat keragaman hidup inilah pandangan hidup saya. Siantar kota yang indah dan bersahabat, di sinilah asalku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Mengelola Emosi dengan Meditasi ala Anand Ashram

11 Maret 2013   17:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:58 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa di antara kita yang tidak mengharapkan lingkungan kerja, suasana kerja yang bersahabat, kondusif, sehat dan menjanjikan banyak hal baik bagi kita? Tentu semua orang menginginkannya.  Namun apakah keadaan yang kita idamkan itu terjadi begitu saja? Tentu tidak juga. Berbagai usaha dan strategi dilakukan, diciptakan perusahaan agar lingkungan kerja yang baik itu terjadi. Namun bila tidak ada jaminan seratus persen, bagaimana? Apa yang mesti kita lakukan?

Apakah kita harus lari? Bertahan? Atau dihadapi saja, pun dengan segala dampaknya? Yang mana mesti kita pilih?

Faktanya, tidak semua hal itu selalu terjadi sesuai dengan apa yang kita harap dan inginkan. Suatu ketika kita bisa berselisih dengan teman sekerja, berbeda pendapat soal gaya kepemimpinan, tidak puas terhadap kebijakan perusahaan dll.. Inilah yang pernah saya alami ketika bekerja di sebuah perusahaan. Mungkin Anda pun kerap mengalaminya.

Lama kelamaan emosi saya tidak terkendali lagi. Pernah saya menghindari berbagai masalah rumit, bertahan, bahkan menghadapinya. Namun tetap saja saya tidak pernah bebas. Tentu, saya tidak menuntut situasi yang sempurna. Poin yang hendak saya tekankan di sini adalah telah terjadinya ‘ketidakstabilan emosi dan sikap mental’ pada diri saya yang berakibat sakit fisik.

Kadang dendam bersarang di dalam hati, kecemburuan yang merusak suasana hati, amarah pun kerap meluap menerjang siapa saja, hati menjadi gelisah, pikiran kacau. Pokoknya serba tak nyaman dan tak menentu. Apakah betul tidak ada kondisi ideal? Atau adakah solusi lain yang tidak terpikirkan sama sekali? Bahwa kita tidak perlu lari, menghindar, atau diam?

Pada akhirnya, alergi saya kambuh sedemikian parahnya. Saya berobat ke berbagai dokter spesialis. Namun hasilnya tetap nihil. Mengkonsumsi obat-obatan menjadi bagian dari hidup saya. Berbagai saran dokter saya lakukan. Namun tetap saja tidak berhasil. Saat itu, belum ada kesadaran yang mengaitkan bahwa semua ketidaknyaman yang saya alami di kantor telah berakibat pada sakit fisik saya. Padahal, pola makan sudah dijaga, istirahat cukup, tetapi tetap saja alergi saya tidak teratasi. Dampaknya;  pekerjaan menumpuk, hubungan dengan teman tidak harmonis, mudah kesal bila mengingat keadaan di kantor. Betapa tidak nyamannya, bukan?

Singkat cerita, ketika berkunjung ke sebuah toko buku, saya menemukan buku berwarna kuning menyolok yang berjudul: SENI MEMBERDAYA DIRI 1, MEDITASI Untuk Manajemen Stres & NEO ZEN REIKI Untuk Kesehatan Jasmani dan Rohani, karya Anand Krishna - Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998. Betapa terkejutnya saya ketika membaca penjelasan di dalamnya. Sakit fisik yang terjadi merupakan akibat ketidakstabilan mental emosi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dan intens. Waooo… saya kaget bukan main. Sewaktu membaca buku yang memiliki bahasa yang lugas dan jernih itu, bayang-bayang pengalaman yang selama ini sudah mengendap, kembali mengapung dan mempermainkan rasa tidak enak dalam diri. Rupanya manusia itu memiliki beberapa lapisan kesadaran di dalam dirinya yang selama ini tidak saya perhatikan. Penjelasannya sangat masuk akal dan scientific.

Menurut penjelasan buku itu, “Emosi bukan  sesuatu yang harus kita musuhi. Tanpa emosi, memang kita dapat menghapus rasa benci dari muka dunia, namun kita juga akan ikut melenyapkan cinta dari hati manusia. Emosi membuat kita gusar, marah, kecewa, gelisah, namun emosi juga yang membuat seseorang menjadi setia, jujur dan lain sebagainya.” Saya begitu terharu ketika membacanya. Selama ini sering saya menyalahkan orang lain atas masalah yang menimpa diriku. Ahaaa… “Ini dia…,” teriakku dalam hati. Terang saja, buku luar biasa itu habis saya baca hanya dalam beberapa jam yang singkat.

“Emosi mesti dikelola, diberdayakan…!” demikian saran Anand Krishna lewat bukunya. Wah, saya baru tahu itu. Pertemuan saya dengan buku best seller karya Anand Krishna ini terjadi sekitar awal tahun 2000.

Saya juga baru menyadari, betapa kebencian saya terhadap “aparat keamanan” akibat peristiwa kerusuhan Mei 1998 begitu kuatnya. Pandangan saya ketika itu bahwa mereka tidak memiliki sikap yang jelas dan tegas. Peristiwa Mei ’98  itu sangat mengerikan. Kebetulan saya termasuk salah satu mahasiswa yang ikut dalam aksi demonstrasi menentang pemerintah ketika itu. Betapa stres dan beratnya beban mental emosional yang saya miliki.

Saya bersegera menuju Yayasan Anand Ashram yang digagas dan didirikan Anand Krishna yang berada di kawasan Sunter Mas Barat II E, Blok H 10/1. Di sana saya mendapatkan terapi EMOTIONAL CULTURING & AURA CLEANSING Membudayakan Lapisan Emosi dan Pembersihan Aura. Sungguh sebuah terapi yang luar biasa efektif dan efesien. Semuanya di luar dugaan saya.

Apa yang bisa didapat dari terapi Emotional Culturing ini? Melalui terapi khas racikan Anand Krishna ini, sampah-sampah yang mengendap bagai virus ganas di dalam diri, sudah tiba saatnya untuk dibersihkan, distabilkan, dikelola, dan dibudayakan. Hmmm… menarik sekali. Wajar saja mental emosional saya begitu rapuh. Sedikit saja pemicu dari luar, maka mudah terganggu. Nah, sekejap saya harus melupakan dunia luar dan fokus membersihkan sampah-sampah emosi yang terpendam di dalam diri. Caranya bagaimana?

Rahasianya adalah; ada tiga “SUARA” awal yang dapat digunakan untuk menstabilkan dan membudayakan lapisan mental emosional kita. Tiga suara awal itu yakni: A – U – M. Suara ‘A’ dibunyikan seperti bunyi E dalam “apEl”.  Ketika memperagakan suara A (apEl) itu, rasanya ada getaran, frekuensi yang bekerja di bagian bawah tubuh saya, sekitar perut dan bagian di bawahnya. Getarannya hangat dan nyaman terjadi di sana – enak sekali.

Lalu suara atau bunyi kedua adalah suara ‘U’, seperti bunyi: “uuuuuuu”. Tanpa tekanan di rongga tenggorokan atau dada. Getaran atau frekuensi “uuuuu” akan terasa di daerah dada, lengan dan punggung serta organ di sekitarnya. Bila saya membunyikan suara ini, getarannya akan membuat dada, pungung dan organ di sekitarnya sangat enak dan hangat. Seketika saya merasakan sentuhan penyembuhan terjadi.

Kemudian suara atau getaran ketiga adalah ‘M’. Menyuarakan suara M atau biasa disebut humming, dilakukan dengan mulut tertutup. Getarannya terasa di sekitar kepala. Semakin stres saya, maka saya akan menyuarakan humming ini (mmmmmm…) dengan kencang. Kepala, organ serta saraf saya serasa dipijat-pijat. Usai membunyikan ketiga suara awal tersebut, dilanjutkan dengan pembersihan aura, sekaligus pembersihan lapisan mental emosional. Kemudian diakhiri dengan menerima dan menyalurkan energi alam ke seluruh tubuh (lengkap dan detilnya silahkan baca buku SENI MEMBERDAYA DIRI 1, MEDITASI Untuk Manajemen Stres & NEO ZEN REIKI Untuk Kesehatan Jasmani dan Rohani, Anand Krishna - Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998, hal 81-91). Ketiga getaran suara ini sungguh sangat mujarab dan ajaib cara kerjanya.

Waktu pun saya gunakan se-disiplin mungkin. Perlahan-lahan perubahan terjadi. Selama sebulan penuh saya mempraktekkannya. Hasilnya; rasa yang membebani itu berangsur sirna, perasaan lega pun terjadi, pikiran menjadi jernih. Sekarang saya menghadapi segala persoalan dengan pikiran jernih dan emosi yang terkendali. Meskipun situasi yang terjadi tidak selalu seperti yang kita harapkan, namun saya tidak reaktif lagi. Dengan belajar mengelola emosi di Anand Ashram, sejak itu saya mengetahui kapan saatnya membenahi diri, membersihkan diri dari energi-energi negatif yang kita terima.

Mengelola dan membudayakan emosi bermakna mempertahankan kejernihan pikiran. Menurut saya, hanya dengan kecenderungan pikiran yang jernihlah kita bisa menerima panas-dingin, asam-manis situasi yang kita hadapi. Kita tidak selalu bisa merubah situasi di luar diri, namun kita bisa menjaga kejernihan pikiran kita berkat terapi kestabilan mental emosi melalui Emotional Culturing & Aura Cleansing yang saya dapatkan di Yayasan Anand Ashram. Maka, mari belajar mengelola emosi di Anand Ashram...

Saya sudah merasakan manfaatnya, Anda pun patut mencobanya.

==

Oleh: David Ezsar Purba - Penulis novel Jayantaka Sang Ksatria Pamalayu dan Kemaharajaan Sriwijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun