Berkuasanya kembali Partai Buruh Australia yang mengantarkan pimpinannya yaitu Anthony Albanese sebagai perdana menteri ke-31 dan mengakhiri dominasi dari koalisi berhaluan konservatif tengah-kanan yang terdiri dari Partai Liberal dan Partai Nasional selama sembilan tahun sejak 2013.Â
Pada pemilu yang diselenggarakan tanggal 21 Mei 2022 ini Partai Buruh Australia mengusung salah satu tema sentral dalam kampanyenya yaitu perlindungan iklim dan lingkungan yang selama kepemimpinan Partai Liberal dan Nasionalis sebelumnya persoalan tersebut cenderung terabaikan, hal itulah yang membuat Partai Buruh mendapat dukungan dari pecinta lingkungan dan aktivis independen yang berfokus pada iklim.
Menjadikan isu persoalan iklim dan lingkungan tema sentral pada pemilu di Australia sebenarnya bukan jadi hal yang baru. Meski terkadang isu terkait iklim dan lingkungan seperti ini masih belum terlalu menjadi daya tarik para pemilih, akan tetapi isu ini selalu menjadi "alat" yang digunakan oleh partai politik pada momen-momen pemilihan umum.
Seperti yang dilakukan oleh Partai Buruh pada Pemilu 2007 di bawah kepemimpinan Kevin Rudd meraih kemenangan saat itu karena sejalan dengan keprihatinan rakyat Australia terhadap persoalan iklim dan lingkungan. Australia termasuk negara penyumbang emisi karbon terbesar terbukti pada tahun 2021 menurut think tank ember negara ini penghasil gas emisi batu bara per kapita tertinggi dengan rata-rata empat kali orang sedunia atau sebesar 4,04 karbon.
Terlepas dari destruktif untuk iklim dan lingkungan tidak bisa dipungkiri jika sektor pertambangan di negara itu sebagai penyokong sumber ekonomi negara apalagi saat pandemi Covid-19 tahun 2019 dan 2020 pendapatan yang diperoleh dari sektor ini mencapai 202 miliar dollar Australia atau sekitar Rp. 2.000 triliun dengan persentase sebesar 10,4 persen oleh karena itulah sektor pertambangan dikatakan sebagai pilar stabilitas ekonomi karena kontribusinya yang besar untuk pendapatan Negeri Kanguru tersebut.
Tidak berlebihan memang jika mengatakan bahwa isu-isu terkait iklim dan lingkungan menjadi "barang yang laris" untuk mendapatkan dukungan publik saja namun tanpa diiringi ambisi serius dalam pelaksanaannya, hal ini terlihat pada kasus 2019-2020 Australia dilanda kekeringan dan kebakaran hutan berkepanjangan pada Musim Panas Hitam. Menurut World Wide Fund for Nature terdapat ribuan rumah terbakar, orang-orang kehilangan aset, dan sekitar 3 miliar satwa liar ikut mati dan terlantar. Tentu bencana yang terjadi tersebut membuat banyak pihak mengaitkannya dengan lemahnya sikap pemerintah Australia terkait iklim atau pengurangan emisi.
Pemerintahan Australia saat ini di bawah Partai Buruh yang berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 43 persen pada 2030, meningkatkan energi terbarukan untuk listrik dari 31 persen jadi 82 persen dalam satu dekade, dan berinvestasi dalam upaya pelestarian Great Barrier Reef. Akan tetapi Partai Buruh juga dinilai nanggung dalam melaksanakan komitmennya dan juga akan sulit mencapai target-targetnya itu semua karena cenderung lebih pragmatis dengan bersedia mendukung tambang batu bara apabila masih sejalan dengan prosedur keamanan lingkungan dan bernilai komersial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H