"Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri." -- Ir. Soekarno
Sebuah ungkapan terkenal dari Sang Bapak Proklamator, ungkapan yang memperingatkan seluruh Bangsa Indonesia, akan ancaman yang menanti pasca kemerdekaan. Ancaman akan hilangnya persatuan, ancaman akan terjadinya perpecahan antar rakyat Indonesia, sekumpulan rayap yang menggerogoti Bangsa ini dari dalam. Bangsa yang dianugerahi keanekaragaman suku, agama, ras, dan antargolongan. Anugerah yang melahirkan sebuah negara berdaulat "Indonesia".
"Integrasi", Menurut KBBI, adalah pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Integrasi merupakan sebuah konsep yang fundamental untuk kita --rakyat dari sebuah Bangsa yang dianugerahi keberagaman-- pahami. Integrasi merupakan salah satu perwujudan dari Sila Ke-3 Pancasila "Persatuan Indonesia". Sebuah konsep persatuan dan kesatuan yang hanya akan terwujud apabila seluruh rakyat Indonesia memahami hakikatnya.
Maka dari itu, mari kita pahami apa sebenarnya "Integrasi" ini. Indonesia, ditengah keanekaragamannya, berhasil menciptakan sebuah kesatuan dan persatuan yang melahirkan sebuah bangsa "Bhinneka Tunggal Ika" tanpa mengubah atau menghilangkan perbedaan yang ada. Artinya, integrasi adalah upaya atau proses untuk menyatukan berbagai unsur atau kelompok sehingga menjadi kesatuan nasional. Integrasi nasional berarti mempersatukan berbagai kelompok menjadi satu kesatuan yang utuh.
Masalahnya, Bangsa Indonesia hanyalah kayu tak berdaya yang dapat terkena serangan rayap kapanpun. Sesuai dengan peringatan Soekarno, rayap itu telah diam-diam membangun koloni dan menggerogoti kita dari dalam. Disintegrasi, sebuah konsep yang berpaling seratus delapan puluh derajat dari konsep integrasi. Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan, atau persatuan serta menyebabkan perpecahan.
Disintegrasi bukanlah hal yang baru di Indonesia, disintegrasi sudah banyak terjadi pasca kemerdekaan, berbagai peristiwa pemecah bangsa seperti G30S/PKI, pemberondakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang bertujuan untuk membentuk negara Islam, pemberontakan Andi Azis, Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) demi kepentingan ekonomi belanda, dan masih banyak lagi. Merekalah rayap, kumpulan rayap-rayap rakus yang menggerogoti  bangsa kita. Penyebab utama Indonesia berada dalam ancaman disintegrasi.
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), salah satu peristiwa pemberontakan, peristiwa disintegrasi bangsa yang melibatkan rayap-rayap itu. Pemberontakan yang bermula dari adanya pemikiran yang ingin melepaskan diri dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang bertujuan untuk membentuk Maluku merdeka dan membentuk negara sendiri. Untuk melawan rayap-rayap yang terus-menerus menggerogot, bangsa ini memerlukan pembasminya. Oleh sebab itu, dilakukan upaya penumpasan RMS oleh pemerintah yang berujung pada penguasaan kembali Kota Ambon.
Setelah peristiwa-peristiwa ini tertinggal lama, masyarakat Indonesia sekarang mulai melupakan pentinganya menjaga Integrasi bangsa. Disintegrasi masih ada sampai sekarang, Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih terus berkeliaran diluar sana, dan menjadi ancaman disintegrasi besar bagi bangsa kita. Tidak harus OPM, disintegrasi atau perpecahan dapat terjadi karena berbagai faktor sehari-hari yang mungkin tidak kita sadari, seperti hoax, korupsi, menurunnya tingkat toleransi, dan perbedaan ideologi. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia perlu menunjukan upaya mereka dalamm menghadapi ancaman disintegrasi ini
Gerakan dasar yang bisa dilakukan pemerintah untuk menumpas segala disintegrasi yang terjadi bisa dimulai dari meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merupakan faktor penting dalam mencegah disintegrasi bangsa, praktik yang menurunkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah seperti korupsi dapat memecah belah bangsa perlahan-lahan.
Pemerintah juga bisa memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang pentingnya mencegah disintegrasi bangsa melalui berbagai hal, seperti video edukasi via media sosial, iklan, seminar, dan lain-lain.