Di suatu desa terpencil, hiduplah seekor burung kecil bernama Dodo. Ia adalah burung pengantar surat yang setia dan tangguh. Setiap hari, Dodo terbang jauh dari desanya untuk mengantarkan surat-surat penting ke seluruh penjuru dunia.
Dodo selalu bersemangat dan penuh kegembiraan dalam menjalankan tugasnya. Ia tahu betapa pentingnya surat-surat itu bagi orang-orang yang mengirimnya. Dengan setiap sayapnya yang kuat dan terbang yang lincah, Dodo dengan penuh semangat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu.
Suatu hari, Dodo menerima surat yang sangat spesial. Surat itu ditujukan untuk seorang anak kecil bernama Mia yang tinggal di sebuah kota besar. Surat itu adalah surat dari ibunya yang sudah lama meninggal dunia. Isinya penuh cinta dan harapan, berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan ibunya kepada Mia.
Dengan hati yang berdebar, Dodo membungkus surat itu dengan hati-hati dan memulai perjalanannya menuju kota besar. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi di tengah perjalanan. Angin kencang datang tiba-tiba dan mengganggu penerbangan Dodo. Ia berjuang untuk tetap terbang, tetapi akhirnya terhempas oleh angin itu dan jatuh ke dalam hutan yang lebat.
Dodo terluka parah akibat jatuh tersebut. Sayapnya patah dan tubuhnya terasa lemah. Ia merasa begitu sedih karena tidak bisa melanjutkan perjalanannya untuk mengantarkan surat penting itu. Namun, meski dalam keadaan sakit dan sedih, Dodo tidak menyerah. Ia meneguhkan hatinya dan memutuskan untuk menyusuri hutan dengan harapan menemukan jalan kembali.
Hari-hari berlalu, Dodo terus berjuang melawan rasa sakit dan kelemahan. Ia berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang ada untuk tetap bergerak maju. Hutan menjadi teman dan saksi setia perjuangan Dodo. Dalam kesendirian, Dodo sering memandang surat itu dan membayangkan wajah bahagia Mia saat membacanya.
Akhirnya, setelah perjuangan yang panjang, Dodo berhasil menemukan jalan keluar dari hutan. Ia kembali terbang menuju kota besar dengan setiap tetes semangat yang tersisa. Walau tubuhnya lemah, tekadnya tetap kuat. Dengan niat yang teguh, Dodo berhasil sampai di rumah Mia.
Namun, ketika tiba di rumah Mia, Dodo mendapati pintu terkunci dan rumah dalam keadaan sepi. Ternyata, Mia dan ayahnya pindah ke tempat lain karena pekerjaan baru ayahnya. Dodo merasa sedih yang mendalam. Ia berharap bisa menyerahkan surat itu langsung kepada Mia dan melihat senyumannya.
Dengan berat hati, Dodo meletakkan surat itu di depan pintu dan terbang menjauh. Ia merasa sedih, tetapi juga merasa bangga telah menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Meskipun tidak bertemu dengan Mia, ia tahu bahwa pesan cinta dari ibunya akan sampai kepadanya suatu saat nanti.
Dodo terbang kembali ke desanya dengan perasaan campur aduk. Meski sedih, ia tahu bahwa perjalanannya tidaklah sia-sia. Ia telah membawa harapan dan cinta kepada orang-orang yang membutuhkannya. Dodo si burung pengantar surat telah mengajar kita tentang kekuatan tekad dan kesetiaan dalam menghadapi kesedihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H