Ramainya Dunia Belanja Online
TIngginya tingkat pemakaian internet di Indonesia membawa dampak cukup signifikan pada perilaku manusia, terutama dengan adanya aneka kemudahan dalam melakukan berbagai aktifitas hanya dalam satu genggaman. Salah satu perubahan perilaku yang berkembang pesat adalah Belanja Online. Tanpa beranjak dari tempat kita, berbagai barang bisa dilihat dan kemudian dibeli. Saya sendiri tadinya tak mengira betapa besarnya omset belanja online hingga suatu hari melihat data omset biaya logistik atau kurir atas pengangkutan bisnis online shop ( OS ) yang mencapai angka APBN Republik ini. Lah kalau ongkirnya bisa sebesar APBN, bagaimana dengan total transaksi  belanja online? Pasti lebih besar lagi sebab tak mungkin ada pembeli online yang mau membayar ongkir lebih besar dari harga barang.Â
Bapak Irwan Tanuwijaya - salah satu e-commerce terkemuka menyatakan omset/ bulan mencapai Rp. 1 Trilyun. Suatu angka yang fantastis bukan? Apalagi jika mengingat e-commercenya dibangun dari Nol. Saat ini e-commerce yang berkecimpung dalam Belanja Online cukup banyak, jika ada perusahaan yang merupakan perusahaan yang dibangun sendiri. Banyak e-commerce belanja online yang didirikan oleh perusahaan besar multinational. Beberapa perusahaan dengan sangat berani memberikan fasilitas Free Ongkir se Indonesia.Â
Tentunya hal ini menjadi sebuah gimmick yang luar biasa bagi emak-emak doyan bisnis. Jadilah kami yang sampai membuat grup Facebook dengan anggota sekitar 1000 orang berdagang barang-barang dari e-commerce baru yang sedang bakar duit. Bakar duit itu istilah hits nya dalam membahas para e-commerce yang berlomba memberikan aneka fasilitas dari harga miring hingga free ongkir, sebab sebenarnya kami pun bertanya-tanya bagaimana perusahaan itu dapat untung. Jika ada 1,000 pedagang berkumpul bisa dibayangkan berapa besarnya omset grup tersebut. Ada masanya orderan saya membludak dari para teman yang mukim di Indonesia bagian Timur dan Barat. Iseng-iseng saya cek ongkir pada e-commerce lain yang menyediakan barang yang sama tapi mengenakan ongkir. Astaga kena Rp. 1juta lebih.
Keamanan yang Dibangun E-commerce
Pada e-commerce semacam di atas bagaimana kita tidak percaya? Selain menyandang nama besar dari suatu grup perusahaan ternama, secara harga/ biaya malahan dia yang rugi bukan kita. E-commerce tersebut ternyata seperti e-commerce e-commerce lainnya, sedikit bahkan sama sekali tidak menyediakan barang sendiri, semua barang disediakan supplier yang memiliki akun di e-commerce itu. Jadi anggota tiap e-commerce sebenarnya merupakan kumpulan dari supplier yang dikategorikan sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). Ada sebuah e-commerce yang memiliki anggota hingga 500,000 anggota. Sebuah e-commerce selalu  menyediakan suatu rekening penampungan pembayaran yang merupakan rekening bersama. Semua transaksi pembelian langsung meluncur ke rekening PT e-commerce yang segera menyampaikan order pada supplier. Supplier memproses serta mengirimkan order, dia mengirim no resi pada admin e-commerce yang kemudian meneruskannya pada customer. Admin masih memantau sistim pengiriman jadi posisi barang bisa diketahui secara akurat. Begitu barang sampai, pembeli masih diberi kesempatan untuk complain. Barang yang bebas complain, baru dibayar. Demikianlah e-commerce menjaga keamanan dan kenyamanan customernya.
Menjelang Ramadhan, saya mencoba membuka akun di suatu e-commerce yang menyediakan fasilitas free ongkir sampai Rp. 30 ribu per paket. Pilihan yang saya ambil untuk memperbesar omset itu ternyata langkah yang tepat apalagi produk yang sedang digenjot adalah paket kue kering. Jadilah omset dalam seminggu bisa nyundul angka segini. Angka yang fantastis bagi pengusaha kecil macam saya. Dan rasanya harus berterimakasih pada e-commerce itu.
Mayoritas e-commerce yang ada sudah menerapkan pengamanan yang berlapis berkaitan dengan pembayaran dari customer agar menjadi Online Shop Terpercaya, membuat program unggulan dari payment request  Uangku bakalan menemukan rintangan yang tidak kecil.
Saya lantas teringat sekitar 2 tahun lalu, kami para blogger diundang untuk pengenalan suatu aplikasi Rekening Bersama, namanya *Pay*. Sayangnya nama itu tak pernah terdengar, mungkin ini yang dinamakan layu sebelum berkembang. Makanya saya mengharapkan supaya UANGKU sudah mengantisipasi masalah-masalah di atas dan siap menaklukan pasar Belanja Online. Kenapa saya mengharapkan kesuksesan UANGKU? Ya karena saya adalah pengguna setia Smartfren dan bertahun menikmati layanan yang memuaskan.
Saya yakin Uangku yang dibesut Smartfren  tentunya memiliki sumber daya yang optimal dan sudah siap dengan berbagai terobosan untuk mengantisipasi pasar.  Saat ini paling tidak masih ada satu e-commerce besar yang tidak memiliki Rekening Bersama, coba saja kerjasama dengan e-commerce tersebut. Soalnya saya lumayan pusing gelar lapak di sana. Lah barangnya laris manis sampai dapat bintang dari e–commerce itu tapi semua transaksi harus dilakukan secara COD (Cash On Delivery), padahal antara pembeli dengan penjual terbentang jarak yang cukup jauh semisal dari Pancoran ke Lebak Bulus. Dengan margin sekitar Rp. 20 ribu/ pieces, pedagang mana yang mau ketemuan?