Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pagi Donnaa...Latif

13 Oktober 2010   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pagi Donaaaa... (inget enggak sapaan yang pernah ngetop sebagai iklan kopi di TV). [caption id="attachment_288232" align="aligncenter" width="111" caption="breakfast at tiffany"][/caption] Kali ini sapaan itu otomatis keingat lagi sebab barusan lihat profile sosialita Donna Latif (isterinya Abdul Latif) di Kompas Minggu. Apalagi kami saat itu memang sedang ke Pasaraya setelah hunting "barang"  di Mangga Besar. "Lagi ngapain sih doski sekarang ini?", begitu tanyaku curiga pada Kendi  yang sedang baca koran itu duluan, Maklum kami suka bingung jika  baca  rubrik Sosialita di Kompas - kadang sosok yang ditampilkan memang wah reputasinya secara nasional bahkan mendunia tapi  seringkali  belum pernah baca namanya dan kata Kendi reputasinya  masih kelas RT  dan dengan kemayu temanku si lelaki  gemulaiitu melanjutkan  komentar , "Mungkin deze sodara/ hopengnya yang nulis ya Ciiin soalnya secara tampang cakepan gue kemana-mana, secara prestasi coba kurang apa gue." "Maksud lo prestasi lo sebagai banci Taman Lawang?", "iiiih amit-amit jabang beibeh, gue binor  bukan banci. Ini si Donna lagi nanganin Pasaraya katanya booow," lanjut Kendi. "Binor kan sama juga ma banci," jawabku dan Kendi cuman memainkan bola matanya dengan centil. Akhirnya pas aku baca yaah ngerasa biasa aja karena bicara soal dagangan batik Donna di Pasaraya yang diklaim sebagai membantu pengrajin kecil. Bukannya sejak Pasaraya berdiri memang berjualan kerajinan Indonesia termasuk batik. Kenyataannya saat ini banyak pengusaha UKM akhirnya meninggalkan booth mereka di Pasaraya karena seretnya pembayaran atas dagangan mereka yang sudah laku. Beberapa waktu lalu sebagai orang yang (pernah) sering main ke Pasaraya aku lihat beberapa merek besar sudah diperkenankan buka kasir sendiri agar mereka bisa langsung  menerima pembayaran sehingga tidak harus lewat  kas Pasaraya tapi ini tidak berlaku bagi pengusaha kecil yang dagangannya cuman beberapa item sehingga akhirnya mereka hengkang. Kelihatan sekali Pasaraya sekarang sepi, pilihan barang atau jajanan di Food Court makin sedikit bahkan suasana sebuah food court tampak temaram padahal kan biasanya terang benderang. Baik pedagang maupun pembeli sudah banyak yang beralih dari Pasaraya...apalagi pembangunan Mall di Jakarta sangat pesat. [caption id="attachment_288220" align="aligncenter" width="226" caption="pasaraya"][/caption] Kendi cerita soal kemeja batik jum'atnya yang dibeli di Pasaraya, "batik ini murah Ciiiin, cuman Rp. 150 ribu. Tau enggak tag harganya Rp. 400ribu trus ada program diskon jadi harga Rp.250 ribu. Eh sempet gue tanyain ke mbaknya itu...mau dong kalau ada diskon lagi. Mbaknya langsung bilang,"Kalo ada duit cash, saya diskon jadi Rp.150 ribu." Gilaaa kan...ya udah seh gue bayar aja". Wuah  ternyata hingga sekarang Pasaraya belum bisa membebaskan dirinya dari belitan masalah financial. Kami memutuskan untuk maksi di Hokben dan masing-masing ambil pilihan dari Paket ABCD itu, dah segitu lengkapnya eh si mas yang melayani nawarin, "mau tambah kani roll?", aku dan Kendi berpandang-pandangan dan dengan senyum manis bilang, "ah ini kan dah banyak mas," "banyak bawang bombaynya maksud saya," sembari ngakak berdua sementara si masnya itu cuman bisa mesem kecut. Sepertinya sudah kesan umum bahwa menu beef/chicken teriyaki atau yakinikunya Hokben tuh banyakan bawang bombaynya daripada dagingnya. Aku akhirnya ke Toilet. Disana ada mbak cleaning service sedang bersih-bersih, sembari sisiran aku nanya ke si mbak,"Mbak dah lama disini?', Dah setahun deh, jawabnya. "Pernah lihat penampakan gak soalnya dua tahun lalu pas ngaca gini, eh dibelakang saya ada kelabatan kepala gundul pendek. Saya langsung ngintipin ke bawah pintu-pintu toilet tapi gak ada kaki...paling enggak itu tuyul ya?", tanyaku. Aduuuh saya jadi merinding nih...nih bulu tangan saya berdiri, kata si mbak sementara aku jadi kaget dengan reaksinya, "Mbak jangan jadi ketakutan dunk. Kan selama ini gak pernah ketemu kok pas saya ceritain jadi merinding." Beneran nih, kata dia sembari menunjuk tangannya yang merinding itu. [caption id="attachment_288224" align="aligncenter" width="169" caption="masa kejayaan di MBUI"][/caption] Seorang wanita masuk dan menepuk pundakku, "Veena?", aku melonjak kaget sebab heran perempuan asing itu tahu namaku dan mbak cleaning service ikut-ikutan  loncat kaget. "Ini gue, Tere - MBUI," kata perempuan itu. "Haai kok sekarang kurus beeng Ter, beidowei gimana caranya kok lo bisa jadi tinggi gini kan dulu kita hampir sama," tanyaku sembari mendongakan kepalaku memandang Tere. "Haduuh lo masih konyol aja Veen, gue kan pake wedge sandal gini sementara elo pake sepatu teplek gitu," kata Tere...kami ketawa bersama. Terus kami sibuk chit-chat dan bergosip ria mengenai sesama teman MBUI - iih si A sombong deh sekarang emangnya jabatan doi apa?  Sapa bilang sombong,  kemarin gue minta ketemuan ma orang numero uno di instansi itu difasilitasin doi...bla-ble-blu semua chit-chat dilakukan di toilet... Tere ingetin kalau sebentar lagi ada reunian dan akhir tahun kelak  ada Grand Prix Marching Band yang biasanya ada di Istora..."Nonton Veen, ntar kita berangkat rame-rame. Seruuu banget deh persis seperti nonton sepakbola. Pokoknya kalau lagi nonton itu kita gak inget umur deh." Yayaya, ketemu teman lama malah jadi ingat umur nih... Pada akhirnya ternyata persinggahanku sejenak di Pasaraya pada hari Minggu ini bawa cerita ceria....makasih Donna, selamat berjuang ntuk mengangkat kembali kejayaan Pasaraya. Sekedar jawaban untuk teman-teman yang nanya..."Veen, wiken ngapain aja?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun