Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Mei 98, yang Lain Lari, Aku Malah Masuk Gelanggang

16 Mei 2019   08:42 Diperbarui: 16 Mei 2019   08:48 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: politikyes.com 

Sementara itu situasi mulai memanas antara Suharto-presiden berkuasa dengan para mahasiswa. Manajemen Bank sudah siap-siap dengan berbagai contingency plan termasuk menyiapkan peralatan untuk menyelamatkan melarikan diri, jadi seharusnya kami sudah siap jika sesuatu yang buruk terjadi. Tanggal 14 Mei nasabahku si tajir dari Gn Sahari menelpon...

"Dee, sebaiknya kau tutup kantor dan selamatkan diri."

Somehow aku langsung menuruti sarannya dan mengajak anak buah untuk bebenah dan langsung kabur dengan mobil ke Kantor Pusat. Saat mobil kami meninggalkan kantor dibelakang sudah berlarian kaum perusuh mengejar...wuih seram banget. Dalam perjalanan kami ke Kantor Pusat, telerku lapor,

"Mbak, kayaknya yang kita angkat salah..kotak besi ini bukan berisi duit tapi form transaksi."

"What???" aku terperangah.

Langsung telpon ke kantor dimana masih ada satu satpam yang jaga. Dia mengiyakan bahwa ada uang berceceran di counter teller Rp. 600 juta plus USD 40.000.- (waktu itu kurs 1 USD= Rp.16.000). 

Satpam itu sudah menyimpanny dalam plastik. Setelah menurunkan anak-anak buahku di kantor pusat, aku memutuskan ke rumah kuasa kasku si Ms. Panic yang sukses menyebar duit di counter teller. Kebetulan rumahnya dekat kantor. 

Disana ternyata sudah berkumpul anak-anak buahku yang lelaki, jadi total ada 3 cowo marketing officer, supir dan dua satpam dan perempuannya aku dan Ms Panic. Dari rumahnya terlihat asap mengepul di kawasan pasar Kebayoran Lama.

Akhirnya kami sepakat untuk balik kantor kecuali Ms. Panic yang semakin gemetaran. Perlahan kami berjalan bersama, memasuki kawasan kerusuhan aku berada di tengah-tengah diapit oleh para anak buah. Aneh sebenarnya melihat kondisinya, para perusuh berjalan memadati  jalan raya dengan mata kosong, sementara penduduk Kebayoran Lama menonton di pinggir jalan. 

Kami berjalan barengan para perusuh itu.  Aku sempat bertukar sapa dengan beberapa warga yang kukenal dan kami sebenarnya heran...tidak ada perusuh yang kami kenal. Akhirnya aku dan rombongan sampai di depan kantor, satpamku yang tadi tinggal sudah ada di luar kantor dan dia langsung memelukku dengan gemetar.

 Para perusuh mulai merangsek ke depan kantor dan memecahkan kaca yang hanya ditutup oleh rolling grilled. Uang sudah diamankan di lantai tiga tapi dengan kondisi begini tentunya mudah sekali bagi penjarah untuk memasuki kantorku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun