Sosok Anies Baswedan sudah akrab dengan  komunitas kami sejak  dia  masih menjadi rektor Paramadina.  Ketika itu  komunitas penulis Baltyra  (Global Community Nusantara ) menyelenggarakan lomba penulisan tentang kemerdekaan dan Admin kami secara spontan tanpa memiliki hubungan pertemanan mengirim email dan meminta Anis Baswedan untuk menjadi salah satu juri.Â
Tak disangka, Anies bersedia dengan mengutus para staffnya yang bertugas dalam penilaian awal, staf yang terdiri dari lulusan S2 dan S3 itu sangat kritis. Yang akhirnya termehek-mehek membaca tulisan kami yang cetek banget ( dibandingkan makalah-makalah ilmiah yang selama ini mereka periksa ). Â Tapi Anies tidak kapok, bahkan tahun depannya masih mau menjadi juri lagi.
Tahun berikutnya? Â Gak jadi juri karena memang lomba tersebut tidak dilanjutkan. Namun bukan berarti dia tidak kami recoki. Kali ini kami para penulis Baltyra memutuskan untuk menerbitkan buku dan Anies Baswedan kami dapuk jadi pemberi endorse. Dia bersedia memberi endorse untuk buku indie publishing kami. Some how entah karena endorse tersebut atau karena buku kami begitu greget, eh 1000 eksemplar yang diterbitkan sold out.
Begitulah awal komunitas kami  membangun kedekatan dengan Anies Baswedan. Lantas dia yang semula pendidik beralih menjadi salah satu pendamping dari capres Jokowi 2013 lalu.  Maka tak heran  ketika Jokowi menjadi Presiden RI di tahun 2014, Anies diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, jabatan yang pas dengan latar belakangnya. Â
Sayangnya entah kenapa Anis dilengserkan sebelum masa tugas tuntas.  Anies lantas bertarung dalam perebutan kursi DKI I, gonjang-ganjing petarungan terjadi  sangat cadas. Saya sendiri tak ingin berkomentar apapun. Tapi ketika dia bisa memenangkan kursi DKI I, sungguh saya takjub pada semangat juangnya yang luar biasa.Â
Naik turunnya karir Anies Baswedan dalam dunia politik sungguh berada dalam titik cukup ekstrem, dari menteri -- dicopot -- bertarung memperebutkan kursi DKI I yang panas -- memenangkan kursi DKI I, padahal Anis bukan orang partai.
Ketika Anies memulai tugasnya sebagai Gubernur DKI bersama Sandiaga Uno yang menjadi Wakil Gubernur  dan menerapkan serangkaian kebijakan  kontroversial macam mengobrak-abrik kawasan Tanah Abang, memutuskan mendatangkan becak ke Jakarta, menutup Alexis tapi setengah hati. Saya sempat was-was karena akan memicu kontroversi. Tetapi sayapun menyadari , tidak ada kebijakan yang mulus selama dilihat dari sisi politik.
Belakangan Anies juga menghentikan proyek reklamasi yang kontroversial itu. Ini merupakan janji politik Anies  & Sandi ketika mencalonkan diri sebagai DKI I -- II.  Saat mereka mengkampanyekan hal itu itu Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sudah memberikan peringatan supaya tidak menghentikan proyek reklamasi.Â
Namun Anies menepati janjinya. Saya jadi ingat petinggi DKI sebelumnya mengatakan tidak berani menghentikan reklamasi karena khawatir menghadapi tuntutan dari para pengembang. Apakah akan muncul tuntutan dari pihak pengembang, waktu akan membuktikan.
Kemarin saya baca Ketua LBH Jakarta mengatakan selama setahun Anis memimpin Jakarta ada 91 titik pengggusuran di DKI Â karena belakangan saya juga sering ke LBH Jakarta, saya jadi satu suara dengan Anies."Buktikan."