Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

AAJI Mendorong Penetrasi Asuransi Jiwa Melalui Teknologi Digital

9 Februari 2018   15:27 Diperbarui: 9 Februari 2018   15:57 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar setahun yang lalu, saya diprospek oleh seorang Agency Director sebuah perusahaan asuransi jiwa untuk menjadi agen. Sang Agency Director mempresentasikan sistim bisnis mereka yang sudah go digitalsehingga sangat memudahkan agen untuk berjualan pada calon nasabah. Presentasi  perhitungan asuransi bisa dilakukan on the spot melalui applikasi mobile, mengisi dan menandatangani  formulir applikasi  juga bisa langsung dilakukan secara online. Saya cukup terkejut melihatnya karena ini mempermudah serta mempersingkat kerja seorang agen. Sayangnya tidak semua perusahaan asuransi jiwa memiliki applikasi digital seperti ini. Selagi menimbang tawaran tersebut, saya mendapat kabar bahwa Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia  akan menggelar perhelatan Digital and Risk Management in Insurance ( DRIM ) pada tanggal 22-23 Februari 2018 di Bali.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI )sendiri merupakan wadah bagi seluruh Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia. Ada 60 perusahaan Asuransi Jiwa dan 4 perusahaan Reasuransi menjadi anggotanya.

Menarik saat mencermati data perkembangan total premi AAJI dari tahun ke tahun dengan posisi terakhir pada kuartal II dari tahun 2017, ada shifting yang luar biasa dari pencapaian agen dan bancassurance yang  dominasinya dipegang oleh bancassurance dengan pangsa 43.2% sementara agen mencapai  33.7%. Padahal di tahun 2015, pencapaian agen 44.5%, bancassurance 36.7%. Sementara jalur distribusi alternatif ( antara lain melalui digital ) tumbuh sebesar 5%.  Berarti ada potensi pertumbuhan yang cukup besar dari jalur distribusi alternatif. Pelaku bisnis perlu mengubah sikap dalam menjalankan bisnisnya.

AAJI menyadari potensi pertumbuhan dari dunia digital sebab mengutip data "Digital in 2017: Southeast Asia." Dari We are Social & Hootsuite (2017) bahwa dari 262 juta populasi di Indonesia, 50% diantaranya atau sekitar 132.7 juta jiwa adalah pengguna internet. 106 juta merupakan pengguna aktif social media dimana 92 juta jiwa mempergunakan aplikasi mobile. Ini mengindikasikan potensi pasar yang besar pada informasi real time serta keinginan mendapatkan akses layanan dimanapun dan kapanpun.  Karenanya Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menyampaikan bahwa perkembangan teknologi digital tidak bisa disikapi oleh industri secara reaktif.

dokpri
dokpri
Christine Setyabudi selaku ketua Panitia DRIM menyampaikan bahwa melalui DRIM ini AAJI berusaha mentrigger pelaku bisnis asuransi jiwa melakukan langkah awal dalam memasuki bisnis digital. Tidak tanggung-tanggung, AAJI juga melibatkan regulator (dalam hal ini OJK maupun Pemerintah) agar kedepannya mempersiapkan blue print dalam mengantisipasi perkembangan teknologi digital pada bisnis asuransi jiwa. Sebab selain perkembangan bisnis tentunya industri asuransi jiwa juga harus memperhitungan Manajemen Resiko.   Semisal dalam memberikan informasi-informasi data kesehatan yang kiranya kelak cukup dengan upload foto hasil penggunaan alat-alat pemeriksaan kesehatan. Ini akan memperpendek jarak layanan juga mengakibat industri asuransi jiwa bekerja lebih effisien.

Perkembangan dunia digital ini malah terlebih dahulu sudah diantisipasi oleh para pelaku bisnis digital dengan membuat market place yang berjualan  produk asuransi jiwa dari berbagai perusahaan. Biasanya 1 market place bisa menjalin kerjasama dengan 10 perusahaan asuransi. Market place ini pada dasarnya bersifat layaknya broker.

dokpri
dokpri
AAJI cukup optimis akan peningkatan penetrasi pasar melalui tekhnologi digital ini dengan harapan posisi Indonesia  dalam World Insurance Sigma yang pada tahun 2013 memiliki pangsa pasar 2.3% dan berada pada posisi 77 dengan penetrasi premi di ranking 33 jadi meningkat ke peringkat 10. Mungkinkah?

 Mungkin saja karena pada dasarnya orang Indonesia belum cukup melek asuransi jiwa. Akses yang mudah melalui teknologi digital dan social media kiranya bisa membuat orang Indonesia lebih mudah mengakses informasi yang diperlukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun