Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Remember Her - Remember Hell

30 Januari 2012   02:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:18 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imlek 23 Januari lalu, kusengaja mengunjungi Pondok Gede Plaza...menyambangi kenalanku yang memiliki salon dalam ruko yang berpunggungan dengan ruko bank tempatku pernah bekerja.  Sampai di pintu gerbang Plaza kulihat rolling door salon tertutup rapat, ada pengumuman tergantung di sana.....Ya Allah.....dia meninggaaaal...setahun yang lalu dan aku baru tahu sekarang. Kuhubungi nomor cicinya yang tercantum dalam pengumuman itu, kami bercakap sebentar. Linna yang tomboy, lincah dan ceria harus menyerah pada penyakitnya. Ahh, kuingat lagi bagaimana sosok tomboynya sering muncul di muka pintu ruang kerjaku sebelum dia menyetor uang ke teller. Atau sebaliknya saat aku selalu mencuci-blow rambutku sebelum weekly meeting di HO, atau saat kumengajak si Bocah potong rambut di sana. Bahkan kami berbagi hantu engkong berpakaian Cina yang sering mondar mandir di antara ruko kami.

Linna yang menjadi semacam ketua paguyuban para pedagang di sana sangat mengenal satu per satu penghuni Plaza termasuk dengan direktur keuangan perusahaan besar yang berkantor di situ dan sering berseteru dengan para pedagang di sana. Si direktur menjadi nasabah di beberapa bank yang ada di kawasan Plaza termasuk di Bank-ku, dia yang selalu demanding itu sedang duduk di muka CS sembari kulayani,

"Nah, gini dong saya gak dimintain uang meterai kayak si Erry yang ada di Bukopin," kata si direktur. Bujug si Erry tuh pelit banget, waktu saya minta pembebasan uang meterai...eee dia bilang, buuuk masuk WC aja kudu bayar Rp.1000.-, malu Buuuk sama rekeningnya kalo Rp.6.000.- aja ga gablek...bohwat banget tuh banker, " dia nyerocos - Erry sendiri juga sudah cerita hal itu padaku beberapa hari sebelumnya. Dengan tenang kukatakan, "Saya kan dah dikasih tau sama Linna, kalau Ibu...jangankan uang materai, dosanya diminta aja kagak dikasih." Muka si Ibu Direktur langsung pucat, CSku menahan ketawa dan saat makan siang bertiga dengan Erry dan Linna - kami ketawa sampai sakit perut membahas masalah ini. Aah Linna banyak nian kenangan bersamamu, karenamu lah aku baru mengerti makna dibalik symbol Virgo - bintang kita, "virgo itu bukan tentang keperawanan melainkan bicara tentang kemurnian, makanya kita nih selalu tulus dalam berteman...bukan gitu Dee?"

Tak hanya Linna -  malaikat maut menjadi rajin menjemput orang-orang yang kukenal membuatku terhenyak saat memaknai kehadiran sang malaikat yang tak pernah datang dengan pemberitahuan. Kehadirannya pada seorang lelaki yang kebetulan juga tetangga dan ayah dari seorang teman sebaya. Beliau pernah menjadi pejabat tertinggi suatu instansi penting Negara. Periode pasca kekuasaannya, beliau pernah dipanggil ke Kejaksaan (waktu itu belum ada KPK) untuk dugaan Korupsi. Tapi dugaan tak terbukti dan pemeriksaan dihentikan, beliau sendiri kemudian tak terdengar kabarnya. Sekitar setahun kemudian kami bertemu kembali sepulang tarawih...dia bersama putranya (temanku yang tadinya termasuk bad boy)...Subhanallah, mereka memakai gamis putih dengan surban berwarna putih dan berjenggot lebat. Beberapa hari kemudian aku bertemu si tante isteri beliau yang asli bule dari salah satu Negara Eropa, tante memakai jilbab....waow. Kemudian tante bercerita bahwa Oom dan temanku  beberapa waktu lalu hijrah ke Afghanistan dan mukim di sana sembari belajar mengenai Islam. Mereka tinggal secara komunal bersama orang-orang lain di rumah sederhana berlantai tanah, tiap hari Oom membersihkan WC yang dipakai bersama, makanpun dengan menu sederhana yang tak mungkin disantap seorang pejabat tinggi. Berbulan-bulan Oom dan putranya tinggal di Afghanistan dan saat pulang, mereka telah berubah sedemikian rupa dan tantepun dibimbing oleh Oom hingga hijrah dalam berpakaian. Jangan membayangkan bahwa mereka menjadi ekstremis  karena belajar agama di Afghanistan. Mereka jadi pengamal agama yang taat, putra Oom si Bad Boy itu bahkan menjadi Ustad yang rajin berdakwah.

Beberapa hari lalu, Oom meninggal dunia...banyak sekali pelayat menyampaikan bela sungkawa seperti menunjukkan betapa beliau meninggalkan arti yang dalam bagi para pelayat.

Orang yang lain yang kemudian dijemput oleh malaikat maut adalah juga ayah seorang teman. Beliau berusia 70an tahun dan selama 30 tahun lebih hidup dalam pernikahan beda agama. Beliau sudah menjadi Haji sementara isteri dan anak-anaknya Kristiani. Hingga suatu hari,  beliau memberitahu akan pindah ke agama Kristen, seluruh anggota keluarga yang memang beragama Kristen geger. Ini bukanlah kebanggaan, kenapa terjadi setelah 40 tahun bertahan dalam Islam? Maka merekapun berinisiatif memanggil seorang Ustadz untuk meluruskan kembali niat sang ayah. Hanya lima menit Ustad berbicara dengan sang Ayah dan keesokannya Ayah menjalankan procedure masuk Kristen.

Tak lama setelah itu sang Ayah meninggal dan tentunya dimakamkan dengan cara Kristen, keluarga masih penasaran dengan perpindahan agamanya. Maka mereka menanyai si Ustad itu, kenapa hanya sebentar bicara dengan Ayah, kenapa tak menahan sang Ayah agar tetap menjadi muslim. Dengan tenang Ustad mengatakan, "Begitu saya memperkenalkan diri, Ayah anda segera mengatakan pokoknya saya mau masuk Kristen - ucapan Ayah anda itu sudah menjelaskan bahwa keputusan itu sudah harga mati. Agama itu masalah hidayah....saya tak bisa berbuat apa-apa."

1327839157964294806
1327839157964294806
death

Arrgh malaikat Israil tak beristirahat tahun baru rupanya....nyawa demi nyawa tetap dicabutnya. Tak memandang usia....kenapa harus memandang usia?...mungkin begitu malaikat Israil akan menjawab. Dan kenyataannya  tiap usia ternyata juga tidak mencerminkan suatu kelebihan tertentu....tak ada yang bisa memilih cara mati yang harus dihadapinya tapi paling tidak ternyata kita harus hidup secara bertanggung jawab agar kapanpun nyawa kita diambil, kita sedang dalam keadaan baik-baik.

Dan bagaimana kita bisa khusnul khotimah? Tentunya dengan menjalankan hidup penuh tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Allah....bukankah kita sudah mengucapkan janji bahwa ibadahku,  hidupku dan matiku hanya demi Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun