Pemberian Biotetes untuk pedet bisa diberikan campur susu 1 tetes Biotetes / hari. Lokasi Mersing
Tadi pagi saya meluncur ke satu daerah di Johor Bahru, namanya Kota Mersing, satu Kota kecil bagian dari Negeri Kerajaan Johor, jarak 145 km hanya di tempuh dengan waktu 1,5 jam saja, jalanan yang lebar dan mulus membuat perjalanan kami lancar tanpa hambatan, sehingga segala aktifitas bisa efisien waktu dan tenaga.
Tujuan saya ke Mersing adalah mengevaluasi perkembangan Lembu Tenusu ( Sapi Perah ) yang menggunakan bioteknologi Biotetes dari Indonesia, tenaga kerja pengurusan dipemeliharaan Lembu Tenusu dari Indonesia, tepatnya dari Lembang Bandung Jawa Barat, satu kampung dengan saya juga dari Bandung Jawa Barat, jadi lancar pake bahasa Sunda tentunya, ya senang sekali, namanya ketemu dulur salembur, mereka bertiga Kang Jajang, Kang Nuryaman dan satu lagi Kang Tata, mereka bekerja untuk pemeliharaan sapi perah, bawa budaya kerja dari Bandung ke Malaysia, memang diakui oleh Malaysia industry susu sapi Indonesia lebih berkembang daripada di Malaysia, tapi harga susu di Indonesia sangat murah, sehingga peternak susah bisa sejahtera, susu di Malaysia paling murah 2.6 RM ( kurs 1 RM = Rp 3.100 ) dan kalau kualitas bagus dihargai 3 RM, bandingkan dengan susu peternak tradisional yang dihargai jauh dibawah harga penerimaan susu di Koperasi Malaysia, sehingga peternak di Malaysia bisa import sapi perah unggulan dari Australia, bisa bayar gaji karyawan dari Indonesia, yang semestinya Indonesia juga bisa, tapi itu bukan bagian saya…..bagian saya mau naikan kualitas susu sapi, supaya bisa lebih efisien biaya produksinya.
Aplikasi biotetes saya anjurkan lewat minum, dicampur langsung ke minum sapi perah, karena system air minumnya otomatis pakai pelampung, maka saya minta selama 2 jam setiap habis pemberian, system di matikan dulu, setelah itu kembali system air minum di aktifkan kembali, dosis aplikasi Biotetes rata-rata 10 tetes per ekor perhari, saat memulai ujicoba produksi susu sapi sedang turun akibat ketersediaan ampas soya yang kadang ada, kadang tidak ada, dan sapi perah setelah pemerahan memang di lepas ke lapangan rumput, sehingga ada sapi yang menginjak tanah keras karena memang sedang musim kemarau, sehingga kakinya luka, mengganggu produksi susu, dan ada satu ekor yang kena mastitis stadium 3.
Setelah 1 hari menggunakan Biotetes , produksi susu langsung meningkat, dari 15 ekor produksi susu awal 117 liter / hari, esoknya meningkat ke 120 liter naik 3 liter, lalu esoknya naik lagi jadi 126 liter naik 6 liter, lalu esoknya turun 2 liter jadi 124 liter, lalu tgl 18 Desember naik lagi jadi 138 liter naik 14 liter, tanggal 19 Desember turun lagi ke 136 liter turun 2 liter, tanggal 20 Desember naik ke 139 liter atau ada naik 3 liter, hari ini 20 Desember turun 1 liter ke 138 liter, pergerakan naik turun produksi susu diakibatkan karena ketidak adaan ampas soya, dibanding bila tidak menggunakan Biotetes maka produksinya jauh lebih turun, kesimpulan 1 minggu aplikasi dapat saya simpulkan sebagai berikut :
- Sapi mulai sehat, makan stabil dan makan mulai meningkat.
- Kotoran padat mulai kering dan tidak basah seperti biasa, tanda populasi bakteri baik dalam rumen sudah meningkat tajam, sehingga metabolism pencernaan membaik.
- Produksi susu dari awal ujicoba 117 liter, hari ini setelah seminggu naik jadi 138 liter atau naik 21 liter dari 15 ekor yang produksi, jadi ada kenaikan rata-rata 20 liter : 15 ekor = 1,333 liter per ekor.
- Kualitas susu meningkat, dan tidak di tolak koperasi, dimana biasanya pengiriman susu setiap 2 hari sekali kadang di tolak koperasi karena susu basi atau pecah, akibat TPC meningkat, seminggu ini susu tak masalah, saat tadi saya coba minum mentah juga sudah tak bau amis, susunya wangi dan tidak membuat saya sakit perut.
- Sapi seminggu ini dikandangkan dan sementara tidak dilepas, terbukti produksi tetap naik dan sapi tidak stress.
- Produksi susu tidak turun drastic, tetapi tetap naik walau pakan berubah karena ketiadaan ampas soya, yang awalnya selalu langsung turun produksi bila pakan berubah, terbukti metabolism pencernaan sudah membaik.
Aplikasi Biotetes tetap di lakukan sampai sebulan, kami akan buat catatan perkembangan nya, sampai terbukti bahwa bioteknologi Indonesia bisa Berjaya di Malaysia, saya harap semua bisa berjalan sesuai harapan.
Untuk mastitis stadium 3 dikombinasikan dengan pemakaian antibiotic, hari ini susu nya mulai di perah, walau baru 1 – 2 liter saja, tapi susu tidak pecah, terbukti kombinasi antibiotic dengan Biotetes tidak masalah.
Untuk biaya biotetes saya perkirakan 1 ekor memerlukan biaya 2,5 RM per hari, di konversi dengan kenaikan 1 liter susu untuk biaya Biotetes, bila kenaikan 2 liter susu maka keuntungan peternak 1 liter setiap ekor setiap hari, target saya kenaikan setelah 1 bulan pemakaian bisa 3 – 4 liter susu perhari, maka keuntungan nya 3 liter untuk peternak, jadi pemakaian Biotetes tidak membebani peternak, justru meningkatkan pendapatan, belum lagi dengan peningkatan kualitas , yang tentunya akan berdampak pada harga lebih tinggi dari susu kualitas biasa.
Inilah ujicoba saya di Malaysia, tentunya masih akan terus saya laporkan, sebagai bagian dari bukti Produk Inovasi Indonesia bisa jadi kebanggaan dan siap bersaing saat MEA tiba 1 Januari 2016…..
Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin
Salam inovasi