perkenalan dengan Mas Eri Supriyantono
melalui email davebekam@gmail.com saya menerima email dari Mas Eri, beliau tinggal di Kendal Jawa Tengah, yang menurut pengakuan beliau adalah petani pemula, mas Eri tertarik dengan inovasi Biotetes racikan saya untuk tanaman padinya, akhirnya kita bertukar pin bbm, komunikasi lebih lancar, dan mas Eri mau tanam padi di lahan seluas 2 hektar, lewat bbm saya menjadi pendamping pola tanam padi ,saya tinggal di Malaysia sedangkan mas Eri tinggal di kendal, tidak menjadi masalah karena kemajuan teknologi.
melalui tulisan saya di kompasiana , mas Eri termotivasi untuk bisa menanam padi dengan pola yang saya kembangkan, jarak tanam 20 x 40 dan di tanam dengan 1 bibit saja, membuat pekerja tani yang membantu mas Eri kebingungan, karena memang pola ini di anggap baru, di mana biasa nya petani menanam dengan system ubinan 25 x 25 atau 20 x 20 dengan jumlah bibit 3 sampai 5 tanaman,
 kekuatiran petani sungguh beralasan karena serangan hama keong mas sangat mengganggu saat padi baru di tanam, sehingga di perhitungkan bila bibit di makan keong, masih ada bibit yang tersisa, masalah itu terjadi karena saat pindah tanam, bibit padi mengalami fase strees, sehingga biar ditanam banyak bila keong memakan bibit muda maka di pastikan bibit akan mati, dengan inovasi biotetes, bibit yang di tanam tidak mengalami fase strees, sehingga walaupun hanya di tanam satu bibit diumur 20 hari bibit sudah beranak 4 sampai 5 , saat bibit dimakan keong mas, bibit bisa tumbuhkan tunas baru karena bibit padi saat pindah tanam tidak strees.
di bulan pertama penanaman
awal awal setelah tanam, banyak petani tetangga sawah mas Eri yang merasa prihatin dengan pertumbuhan tanaman mas Eri yang menurut mereka memprihatinkan, mas Eri sempat bbm saya dan saya jawab, tenang saja nanti juga akan menyusul dan membalik keadaan, dan untungnya mas Eri tetap berpegang pada saran saya, sehingga proses demi proses bisa berjalan sesuai arahan, penggunaan Biotetes juga tepat waktu setiap 2 minggu sekali sebanyak 4 kali aplikasi.
saya anjurkan di awal penanaman menggunakan pupuk kompos, dan mas Eri menggunakan pupuk kompos dariim  pabrik pupuk BUMN sebanyak 2 ton per hektar, saya sampaikan bahwa tanah di ibaratkan sebagai pabrik, bila padi yang akan diproduksi harus di imbangi dengan asupan gizi yang cukup, sehingga produktifitas tanaman bisa sesuai dengan daya dukung lahan, membuat hasil panen juga berkualitas baik, semua arahan saya mas Eri ikuti, sambil terus berkonsultasi lewat bbm, setiap dua minggu di kirim gambar perkembangan tanaman padi, sehingga saya bisa memberikan masukan agar kebutuhan pupuk tanaman terpenuhi.
setelah berjalan tanaman mas Eri menunjukan pertumbuhan yang bagus walau belum maksimal sesuai harapan saya, tapi sudah menunujukan keunggulan dalam segi jumlah anakan, di mana jumlah anakan produktif rata-rata 40 anakan perumpun tanaman, sedangkan tanaman tetangga sawah rata-rata 15 anakan, ini menjadi perbincangan petani sekitar sawah mas Eri, dan luar biasanya, tanaman petani rata-rata terkena hama wereng, tetapi di sawah mas Eri tidak ada serangan hama wereng, dan panen sawah  tetangga  lebih awal panennya, dengan hasil panen 6-7 ton per hektar nya dan petani menjual langsung di sawah ( jula tebasan ) dengan harga Rp 20.000.000 ( dua puluh juta Rupiah ) atau Rp 3.000 / kg Gabah, sungguh sangat di sayangkan bukan ? , sementara tanaman padi mas Eri belum siap panen, karena  bulir masih terus mengisi dilihat dari warna daun bendera yang tetap berwarna hijau.