Hi-dup Ber-manfaat
Menjadi seorang terapis tidak pernah saya cita-citakan, tetapi melalui proses kehidupan yang Tuhan izinkan. Saya sekarang menjadi seorang terapis Kop Cakra yang membawa saya merasa bersyukur bisa amalkan HiBer (Hi-dup Ber-manfaat). Proses perjalanan hidup yang cukup panjang dan penuh air mata, terbayar sudah. Bahkan sangat membahagiakan dan bisa saya bagikan.
Kilas balik
Tahun 2012-2014 adalah tahun proses hidup yang menjadi sangat penting dalam perjalanan hidup saya sebagai seorang terapis. Sebagai seorang inovator jamu tetes, awalnya saya merasa hancur, perlu waktu untuk bisa menerima keadaan yang baru, saya merasakan dunia terasa runtuh dan masa depan saya hilang.
Tapi sebagai kepala rumha tangga yang masih punya tanggung jawab, akhirnya saya bisa menerima keadaan sebagai seorang warga binaan, dan saya mulai memaafkan diri sendiri, dan saya mulai dibukakan mata hati saya oleh Tuhan dengan paradigma yang baru.
Awalnya saya merasa hancur karena harus bergaul dengan orang-orang bermasalah, tapi saat mata hati saya dibuka, malah saya melihat prospek tidak terbatas untuk bisa berinovasi lagi. Saya merasa diri saya juga sama seperti mereka, sehingga mudah bagi saya untuk memulai lembaran hidup yang baru dengan penuh semangat.
Kecelakaan yang membawa berkah
Kebiasaan kami saat dalam sel adalah saling memperhatikan. Saat saya merasa letih, saya minta kawan saya Randi untuk melakukan Kop ala penjara, pakai gelas kaca + koin + api. Jadilah alat Kop ala Jacky Chan dalam Film Karate kid.
Hanya saja saat dilakukan oleh orang amatir hasilnya bisa diduga. Melepuh kulit saya, he he he... Penyebabnya terlalu lama alat kop melekat di kulit punggung. Di sini awal mula saya diproses Tuhan melalui keterbatasan keadaan yang Tuhan izinkan terjadi.
Setelah kejadian tersebut, saya minta dibelikan alat kop ke anak saya. Setelah itu alat kop menjadi mainan baru kawan-kawan. Tiap malam alat kop dipinjam antar sel. Tapi karena tidak ada mentornya, teman-teman merasa tidak ada manfaat yang dirasakan setelah terapi kop suka-suka ala mereka masing-masing, sehingga saya memulai mencoba cara dan pola ala saya sendiri.
Tiap malam kawan satu sel saya jadikan sebagai manusia percobaan, dari kop asal menjadi kop yang berpola, pola mengikuti garis otot. Tiap waktu selalu ada perkembangan, respon negatif dicatat, respon postif juga dicatat. Sehingga tiap hari mulai banyak kawan yang minta diterapi. Saya melakukan kegiatan terapi di dalam gedung gereja lapas.
Kabar baik cepat menyebar, sehingga sampai ke petugas jaga dan mereka juga mulai minta diterapi kop yang saat itu semua kawan sebut terapi bekam. Kebetulan nama saya Dafid maka disambunglah jadi David Bekam. Mirip sama legenda sepak bola Inggris, tapi bukan pemain bola he he he.
Atas bantuan Bapak Rusdedy (Kepala Seksi Bina dan Pendidikan Lapas) saya dapat kesempatan menjadi terapis yang sesungguhnya. Gudang disulap menjadi klinik terapi bekam, sehingga kegiatan saya menjadi terapis lebih terarah dan punya catatan tiap melakukan terapi.