20 tahun yang lalu saya merintis usaha dari sesuatu yang engga ada, saya beranikan diri menjual rumah untuk dipakai modal ber inovasi, perlu waktu sampai inovasi pertama berhasil, itupun melewati perjuangan berat, rumah hilang terjual, uang habis, inovasi belum berhasil, sehingga istri dan anak-anak sudah terbiasa hidup prihatin, bahkan bayar uang sekolah anak sulung kami juga nunggak beberapa bulan, yang SPP nya engga seberapa, tapi bila memang engga ada uang ,tetap jadi persoalan besar, dan saya pun sampai hari ini engga tahu ada orang yang bayarin SPP anak saya selama 1 tahun, dan itu menjadi alasan saya berbagi setelah kami di berkati.Kebencian seperti memelihara anak beruang, saat masih bayi terlihat lucu dan menyenangkan, saat sudah besar beruang akan siap menerkam kapan saja, saat dia lapar.
Singkat cerita setelah 13 tahun inovasi saya berhasil, produk Jamu Tetes menjadi terkenal, stok barang jadi juga sudah cukup untuk memback up pasar, lalu semua jerih lelah saya harus saya relakan di kuasai mantan mitra kerja saya, hak yang menjadi bagian saya sebagai pemilik dari setengah perusahaan, dipakai untuk memenjarakan saya, lalu setelah saya di penjara, perusahaan saya di alihkan tanpa sepengetahuan saya, sehingga jerih lelah saya selama ini engga saya nikmati, apakah saya sakit hati ? sebagai manusia normal saya tetap sakit hati, tapi saya berusaha untuk tidak larut dalam sakit hati, saya engga mau pelihara kebencian, jadi pilihan saya adalah melupakan dan tetap berinovasi.
Selama dalam penjara saya bisa banyak melakukan kegiatan penelitian, pengembangan produk berbahan dasar Madu, dalam waktu singkat saya bisa membuat ,meneliti, dan mengaplikasikan produk inovasi Madu menjadi produk unggulan, produk yang menjadi berkat buat teman-teman selama dalam tahanan, saya yakin bila tetap memelihara kebencian, maka inovasi baru engga akan lahir, yang ada saya menjadi orang yang menyedihkan, orang yang membosankan karena kerjanya hanya mengeluh, mengasihani diri terus menerus, maka dari itu pilihan saya untuk melupakannya, lalu mengampuni dan bersuka cita, saya menganggap pengalaman hidup ini sebagai bagian sekolah kehidupan yang saya harus jalani, dan itu membawa saya naik ke level lebih tinggi dari level sebelumnya.
Saya juga mengembangkan terapi bekam, dan lewat terapi bekam sudah banyak orang yang merasakan manfaatnya, melalui terapi bekam saya menjadi saluran berkat bagi banyak orang, bila saya tetap pelihara kebencian, maka tidak ada yang saya bisa kerjakan, dengan mengampuni lalu melupakan, maka saya menjadi pemenang bukan pecundang.
Banyak alasan saya untuk memelihara kebencian, cukup 1 alasan untuk saya tidak larut dalam kebencian, yaitu  saya engga mau buang waktu dan saya percayakan semua masalah saya sama Tuhan yang maha adil, bagian saya adalah mengampuni, bersyukur dan bersukacita, biarlah pembalasan itu milik nya Tuhan, pembalasan bukan bagian kita, proses alamiah pasti akan dialami oleh semua manusia, apa yang ditanam akan kita panen, menanam kebaikan akan memanen ribuan kali kebaikan, menanam kebencian akan mamanen kehancuran…..jadi ngapain kita pelihara kebencian ?.
Hidup ini pilihan, Tuhan beri kita kebebasan untuk memilih, apapun keputusan kita, akan mendapat konsekuensi yang berbeda, ada sebab akibatnya, jadi bila ada orang berbuat curang sama kita, jangan kita balas lagi, kalau itu kita lakukan ,kita menjadi sama dengan orang tersebut, jangan menyesali apa yang sudah kita lalui, evaluasi dan perbaiki, maka hidup akan terasa indah dan menyenangkan.
Artikel ini saya bagikan untuk menutup tahun 2015 dengan penuh kebahagiaan, sebagai sahabat kompasianers saya sangat diberkati bisa menjadi bagian dari Rumah Sehat Kompasiana, saya harapkan ditahun 2016 Indonesia akan lebih baik, Indonesia lebih sejahtera, Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi perbedaan dan Indonesia yang membanggakan.
Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin
Salam inovasi
Bersambung……http://www.kompasiana.com/davebekam/andai-saya-di-undang-pak-jokowi-ke-istana_567f72add292733106a9ff36
Artikel inspiratif sebelumnya