Mohon tunggu...
Davana Pramadya
Davana Pramadya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tari Jaipong, Makin Eksis atau Terlupakan?

21 Desember 2021   14:26 Diperbarui: 17 Agustus 2022   23:17 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tari jaipong merupakan salah satu tarian yang berasal dari daerah Jawa Barat, untuk menampung minat dan bakat serta demi melestarikan budaya tari tradisional yang satu ini maka diperlukan adanya regenerasi demi menjaga nilai budaya dan eksistensi dari tari jaipong, oleh karena itu sanggar tari memiliki peran yang sangat penting dalam hal ini.

Salah satu contoh sanggar tari yang melestarikan tari jaipong yaitu Sanggar Tari Putra Mayang Mandiri yang terletak di Jalan Bojong Kaler No.122 Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Sanggar ini didirikan pada tahun 90an, nama awalnya Sanggar Putra Mandiri, belum ada nama Mayangnya. Sempat vakum di tahun 2000an lalu di tahun 2010 sanggar tari ini aktif lagi, mulai beroperasi lagit tetapi dengan perubahan nama. Sebenarnya bukan perubahan nama, lebih tepatnya ada tambahan nama dari yang tadinya Sanggar Tari Putra Mandiri menjadi Sanggar Tari Putra Mayang Mandiri. Jadi ada tambahan Mayangnya, kenapa? Karena dulu yang ngajarnya almarhum ayah saya, ditambahkan kata Mayang karena dipindahalihkan jadi yang ngelatihnya Saya, ujar Chintana. Alhamdulillah sekarang sudah berdiri sekitar 11 tahunan kalau dihitung dari 2010 sejak ada tambahan kata Mayangnya.

Chintana menegaskan bahwa Sanggar Putra Mayang Mandiri ini memang khusus untuk tari jaipong, kita pelatihannya khusus tari jaipong saja tapi kalau misalkan ada permintaan dari luar minta tari-tari Nusantara lainnya, kita bisa menyediakan.  Jumlah personil pelatihnya ada dua orang, yang pelatih intinya itu Saya Chintana Aulia Utari, ada asisten pelatih namanya Zaemole. Kalau Zaemole dia dari ISBI Bandung, kalau saya dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) jurusan Pendidikan Seni Tari.

Permasalahan yang dialami oleh Sanggar Tari Putra Mayang Mandiri  ketika pandemi diantaranya yaitu permasalahan pertama karena tidak boleh berkerumun maka latihan dilakukan secara daring/online. Berhubung tari ini dilakukan berkelompok dan kemampuan tiap orang berbeda-beda, ada yang cepet nangkepnya ada yang perlu diulang lagi maka dari itu latihan yang biasanya dilakukan satu sesi menjadi dua sesi agar tidak terlalu berkerumun, permasalahan yang kedua yaitu pengurangan peserta saat pelatihan, tidak sebanyak saat sebelum pandemi. Namun sekarang sudah agak stabil.

Menurut pandangan Chintana untuk anak-anak generasi seakarang terkait seni tradisi mungkin sekarang anak-anak banyak yang tertarik di bidang jaipongan, saya bisa bilang seperti itu karena terbukti dari setiap tahunnya itu semakin banyak acara-acara perlombaan tari jaipong, entah itu di tingkat Bandung raya, Jawa Barat ataupun di tingkat nasionalnya itu ada perlombaan jaipong. Itu artinya otomatis minat anak untuk menari tradisi khususnya di bidang tari jaipong itu berarti bertambah banyak dan bisa dibilang lebih bagus dari generasi generasi sebelumnya. Sedangkan untuk generasi-generasi sebelumnya lebih menyukai modern dance, akan tetapi kita juga tidak bisa munafik, karena generasi sekarangpun banyak yang menyukai modern dance dan lain-lain, tapi menurut saya kalau di bidang seni tradisi khususnya jaipong ini peningkatannya cukup bagus, banyak anak-anak yang mau belajar tari tradisi khususnya jaipongan.

Chintana berharap semoga tari jaipong terus berkembang lebih pesat lagi, lebih bisa mendunia lagi, banyak anak-anak generasi muda yang lebih suka di bidang tradisi, entah itu di tari jaipong ataupun tari apapun yang penting tari tradisi karena mau bagaimanapun siapa lagi kalau bukan kita yang melestarikannya.

Terkait prestasi, alhamdulillah Sanggar Tari Putra Mayang Mandiri ini memliki banyak prestasi, diantaranya yaitu pernah menjadi koreografer terbaik di acara festival di India waktu pandemi tahun 2020, lalu pernah menjadi koreografer terbaik juga di Thailand Folklore Festival tahun 2019, sedangkan untuk prestasi lainnya pernah menjuarai di Galamedia Festifal, rampak se Jawa Barat, Bandung Raya. Untuk prestasi anak-anak di Sanggar, karena selalu ikut lomba, alhamdulillah tiap minggunya ada saja yang menghasilkan prestasi, entah itu juara 1, 2, 3 ataupun harapan 1,2,3. Sanggar Tari Putra Mayang Mandiri pun pernah mengisi beberapa festival yang ada di Bandung. Jika kita memiliki banyak prestasi, otomatis akan dilirik oleh orang lain.

Dalam menghadapi persaingan atau kompetisi dengan sanggar lain, tindakan yang Chintana lakukan yatu melakukan pelatihan secara maksimal supaya memiliki kualitas yang bagus, entah itu di bidang skill nya, dibidang knowledge nya atau pengetahuan tentang tari, karena kalau menurut saya penari itu tidak cukup hanya skill tapi harus punya knowledge yang bagus juga, karena jika tarinya saja yang bagus tetapi pengetahuannya kurang bagus, output yang dihasilkanpun kurang bagus, oleh karena itu maka harus diseimbangkan di bidang tarinya dan juga ilmu pengetahuannya serta attitude juga agar bisa dipertanggungjawabkan.

Oleh: Davana Pramadya, Agil Aditya Putra, M.Daffa Dhiya. U. R. R., Wahyu Andri Pratama, Vitariyani, Serly Ardian Multi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun