Nelayan di Pantai Utara Jakarta kini sedang resah. Sumber-sumber kehidupannya akan terancam dengan rencana proyek reklamasi pantai Jakarta. Meskipun sudah ditentang oleh Kementerian Kelauatan dan Perikanan, namun Pemprov DKI Jakarta tetap bersikeras untuk mereklamasi pantai utara. Persoalan kemana nelayan Jakarta akan melanjutkan kehidupannya setelah pantai Jakarta itu diurug tentu tidak pernah menjadi pertimbangan.
Reklamasi pantai Jakarta tentu bukan diperuntukan bagi nelayan. Tanah hasil reklamasi itu diperuntukan untuk kawasan komersial baru. Jakarta sudah kehabisan lahan. Kok bisa kehabisan lahan? Ya...ribuan hektar lahan sudah dikuasai segelintir konglomerat. Perumahan mewah, mall dan kawasan komersial lainnya telah berdiri di kota ini. Ibarat sudah kecanduan, segelintir konglomerat itu terus menyatakan kekurangan lahan untuk akumalasi kapitalnya. Celakanya, Gubernur Jakarta terus memfasilitasinya, tak terkecuali Ahok, tokoh yang dipuja-puja bak dewa oleh kelas menengah Jakarta itu.
Mall. Tempat kelas menengah Jakarta menghabiskan waktunya dan menghamburkan uangnya itu kini tengah menjadi pemberitaan di media massa. Bukan karena ada perintah Gubernur DKI Jakarta untuk menggusur mall karena berdiri di ruang terbuka hijau atau daerah resapan air. Kali ini mall diberitakan karena ada aktivitas sekelompok orang yang menamakan diri sebagai TEMAN AHOK untuk mengumpulkan KTP guna mencalonkan lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Jangan coba mengajak TEMAN AHOK yang lagi asyik mengumpulkan KTP itu untuk berdiskusi masalah nasib nelayan Jakarta yang akan kehilangan sumber-sumber kehidupannya akibat rencana proyek reklamasi pantai. Jawaban mereka pasti seragam. Reklamasi pantai itu produk lama, dan Ahok hanya meneruskan saja. Jika hanya meneruskan kebijakan gubernur sebelumnya yang menyengsarakan rakyat kecil, terus apa fungsinya menjadi gubernur bahkan mau mencalonkan diri menjadi gubernur lagi.
Sudahlah, kita tinggalkan sejenak TEMAN AHOK yang sedang asyik mengumpulkan KTP bagi pujaan hatinya itu. Bila relawan TEMAN AHOK beraktifitas di mall dengan pendingin udara, beda dengan para sahabat nelayan Jakarta yang beraktifitas di tengah terik matahari sambil berteriak-teriak agar pemerintah membatalkan proyek reklamasi itu. Para sahabat nelayan, rela berpanas-panasan, bukan untuk memperjuangkan nasib satu orang, namun para nelayan yang terancam sumber-sumber kehidupannya.
Pilih menjadi sahabat nelayan yang memperjuangkan para nelayan dengan rela berpanas-panasan atau menjadi Teman Ahok yang asyik di mall mengumpulkan KTP untuk memperjuangkan satu orang agar bisa maju lagi menjadi penguasa di Jakarta?
Pilihan ada di tangan pembaca semua....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H