Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketika Gubernur DKI Memunggungi Lautan

5 April 2016   09:37 Diperbarui: 5 April 2016   09:50 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita telah lama memunggungi samudra, laut, selat, dan teluk. Maka, mulai hari ini, kita kembalikan kejayaan nenek moyang sebagai pelaut pemberani. Menghadapi badai dan gelombang di atas kapal bernama Republik Indonesia,” ucap Joko Widodo (Jokowi) saat pelantikannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7, pada Senin (20/10/2014).

Masih ingat kata-kata Presiden Jokowi itu? Ya, tentu saja. Itu adalah pidato yang keren dan menumbuhkan kembali harapan terhadap kejayaan kita sebagai bangsa dengan sejuta lautan. Sebagai negara kelautan sudah pasti upaya memunggungi lautan itu harus kita hentikan. Memunggungi lautan adalah tindakan yang tercerabut dari realitas sosial.

Namun, entah mengapa justru tindakan memunggungi lautan itu kini diperlihatkan secara nyaris telanjang di depan mata Presiden Jokowi. Ya, tindakan memunggungi lautan itu dipertontonkan oleh kolega Jokowi saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kini, Ahok, sang Gubernur DKI Jakarta pengganti Jokowi tanpa merasa risih justru ingin terus melanjutkan proyek reklamasi Pantai Jakarta yang sarat korupsi, berpotensi merusak ekosistem pesisir dan menyingkirkan nelayan dari sumber-sumber kehidupannya.

Harian The Jakarta Post hari ini menurunkan headline dengan judul, "Reclamation must go on: Ahok". Gubernur Ahok bersikeras meneruskan proyek yang memunggungi lautan itu meski jelas-jelas ada salah seorang anggota DPRD DKI Jakarta yang tertangkap tangan oleh KPK terkait kasus korupsi di proyek Reklamasi.

Ada apa ini?

Mengapa Ahok, yang oleh kelas menengah di Jakarta dipuja sebagai tokoh anti-korupsi itu, justru bersikeras melanjutkan proyek reklamasi yang sarat korupsi?

Mengapa pula Presiden Jokowi hanya bisa diam, ketika visinya tentang poros maritim, justru dilecehkan oleh proyek reklamasi Pantai Jakarta, tepat di depan matanya?

Presiden Jokowi sebagai seorang yang dipilih secara langsung oleh ratusan juta rakyat Indonesia tidak sepantasnya diam dan sungkan ketika visinya tentang kelautan diinjak-injak justru oleh mantan wakilnya saat menjadi Gubernur DKI.

Bicaralah Pak Jokowi, Bertindaklah Pak Jokowi. Anda memiliki kekuasaan yang besar untuk menyelamatkan kehancuran pesisir Jakarta dari proyek reklamasi yang sarat korupsi itu. Anda memiliki kekuasaan penuh menyelamatkan para nelayan Jakarta dari proyek reklamasi yang diperuntukan bagi segelintir kaum kaya di Jakarta itu. Bertindaklah Pak Jokowi, segera hentikan reklamasi Pantai Jakarta!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun