Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Literasi Finansial: Bersihkan Bankmu

3 Februari 2022   15:30 Diperbarui: 3 Februari 2022   15:54 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sebagaian dari kita tentu menjadi nasabah bank. Sebuah keniscayaan di era saat ini.  

Bank mengumpulkan uang nasabah untuk dipinjamkan kepada para pelaku usaha. Kita sebagai nasabah bank tentu ingin uang kita digunakan bank untuk membiayai (baca memberikan pinjaman) ke sektor-sektor usaha yang bersih, dalam arti tidak merusak lingkungan hidup.

Secara langsung memang bank-bank, tempat kita menyimpan uang tidak melakukan perusakan lingkungan. Namun, bila para CEO bank menyalurkan uang-uang publik ke proyek-proyek yang merusak lingkungan hidup, maka secara tidak langsung pihak bank juga menjadi bagian dari kegiatan yang merusak alam itu.

Batu bara. Adalah salah satu energi fosil yang berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Pembakaran batu bara menyebabkan emisi gas rumah kaca (GRK). Nah, GRK ini yang menyebabkan krisis iklim terjadi. Berbagai bencana, dari badai, banjir hingga kekeringan adalah bagian dari tanda-tanda terjadinya krisis iklim.  Para ilmuwan dunia mengungkapkan krisis iklim datang lebih cepat dari perkiraan yang ada.

Sayangnya, sebagian bank-bank di Indonesia justru masih tertarik membiayai proyek-proyek batu bara. Padahal, bank-bank di dunia mulai meninggalkannya. Alasannya, jelas mereka tidak ingin menjadi bagian dari perusak alam.

Beberapa bank di Indonesia yang masih tertarik memberikan pembiayaan ke energi kotor batu bara itu adalah BNI. Ya, bank yang produk-produknya menyasar anak-anak muda di kampus itu justru masih mendanai batu bara penyebab krisis iklim. Padahal, krisis iklim ini yang akan menjadi ancaman serius bagi anak - anak muda.

Mengutip data dari Moody's Investor Service, pada tanggal 23 November 2021, perusahaan tambang batu bara ABM Investama mengumumkan bahwa mereka mendapatkan pinjaman sebesar 100 juta USD dari dua bank BUMN, salah satunya adalah bank BNI. 

Bukan hanya itu, Pada April 2021, Bank BNI bertindak sebagai salah satu agen fasilitas dalam pemberian kredit sindikasi sebesar USD 400 juta untuk Adaro1. Adaro sendiri merupakan produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia yang memiliki cadangan batubara sebesar 1,1 miliar ton.

Bila kita diam, secara tidak langsung, kita pun ikut membiayai proyek-proyek energi kotor batu bara yang merusak alam itu.  Saatnya, bersuara mengajak bank-bank, tempat kita menyimpan uang, untuk berhenti mendanai proyek-proyek energi kotor. Bisakah? Tentu bisa. 

Beberapa bank di dunia menghentikan pendanaannya ke batu bara juga karena desakan publik yang telah memiliki kesadaran lingkungan hidup. Yuk, bersihkan bankmu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun