Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saatnya Berhenti Memunggungi Luar Jawa

17 Juni 2016   14:33 Diperbarui: 17 Juni 2016   14:41 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawa adalah kunci karena pulau ini adalah pusat pertumbuhan ekonomi. Ungkapan itu nampaknya akan segera berakhir. Daya dukung ekologi pulau ini sudah tidak mampu lagi menanggung beban berat target pertumbuhan ekonomi yang terpusat. Bahkan, para aktivis lingkungan hidup telah mengatakan bahwa Jawa telah kolaps.

Semburan lumpur Lapindo yang menenggelamkan sebagian Sidoarjo adalah salah satu contoh betapa pulau ini sudah jenuh. Pembangunan yang dipaksakan justru akan mengakibatkan kerusakan ekologi. Dan itu artinya mengancam keselamatan penduduk. Bukan hanya di Sidoarjo, banjir rob yang akhir-akhir ini terjadi hampir dalam waktu yang bersamaan di pesisir utara Jawa adalah bukti lainnya bahwa daya dukung ekologi Pulau Jawa sudah tidak mampu lagi menanggung beban sebagai mesin pertumbuhan ekonomi.

Hancurnya ekologis Pulau Jawa ini tidak bisa dilepaskan dari kesalahan model pembangunan yang sejak awal menjadikan pulau ini sebagai pusat segalanya. Infrastruktur banyak dibangun di pulau ini. Jalan raya, jalan tol, kereta api, pelabuhan dan bandara semua ada di Jawa. Semua mata melihat Pulau Jawa. Sementara luar Jawa dipunggungi. Model pembangunan ini jelas tidak adil, bukan hanya bagi warga di luar Jawa namun juga di Pulau Jawa itu sendiri. Karena ketidakadilan pembangunan ini berujung pada kehancuran alam yang mengancam keselamatan penduduk Jawa sendiri. Dan ketidakadilan ini harus diakhiri. 

Upaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) mewujudkan pembangunan infrastruktur sentris dengan cara mengembangkan wilayah di luar pulau Jawa, harus dimaknasi sebagai sebuah koreksi atas kesalahan model pembangunan di masa lalu. Upaya itu harus diapresiasi dan diletakan dalam rangka menghentikan kebiasaan jelek memunggungi luar Jawa.

Penduduk luar Jawa juga warga negara yang membayar pajak. Mereka berhak atas pembangunan. Mereka berhak atas jalan raya, kereta api, pelabuhan dan juga bandar udara. Pendek kata mereka berhak sejahtera karena mereka bukan sekedar angka. 

Namun meskipun demikian pembangunan infrasktruktur di luar Pulau Jawa harus tetap mendapatkan pengawasan publik. Jangan sampai pembangunan infrastruktur itu justru membuat kerusakan ekologi dan melanggar hak-hak warga sekitar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun