Satu persatu daun akan meninggalkan ranting-Boy Candra
" Bagaimana,Aisyah?"
"Bagaiman apa, Akhi?"
" Orang tuaku, hendak ingin silaturrahim ke rumah mu!!"
"Untuk apa,Akhi?"
"Untuk kelanjutan ini"
"Akhi,mohon maaf, bukannya aku tidak menghargai niat baikmu itu. Tapi untuk saat ini, hatiku masih lebih nyaman menyendiri tanpa harus terikat oleh laki-laki lain" ucapnya dengan nada suara yang amat sopan.
"Kenapa,Aisyah?"
"Entahlah,Akhi. Saya tak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Â Yang jelas, saat ini aku belum siap Akhi. Kamu tau kan tentangku. Cobalah mengerti Akhi" eluhnya dengan nada sedikit sedih.
" Iya, Aisyah. Aku faham semua itu. Aku akan tetap menunggumu"
" Jangan, Akhi. Kalau sudah siap untuk menikah segerakan saja. Jangan karena aku niat ingin menikahmu tertunda. Nanti aku yang berdosa. Alangkah baiknya, carilah perempuan yang lain. Aku yakin, kamu laki-laki yang baik, pasti akan menemukan perempuan baik pula," tegasnya dengan nada yang lembut.
"Kalau begitu,aku ingin tetap menunggumu,Aisyah"
"Terserah Antum" tutupnya seraya mematikan telpon.
Barangkali,aku memang berlebihan berharap pada manusia. Sehingga rasa mengajukan diri untuk melangkah pada titik serius ,kadang menjadi ke-pedean " Niat baik pasti diterima".
Padahal, tidak semua niat baik mesti mendapatkan penerimaan dengan baik pula. Contohnya "Aku".
Ah,sudahlah. Yang terpenting, mengenalmu adalah kesempatan. Begitu pula ingin mencintaimu juga kesempatan.Â
Bagiku, aku hanya perlu bersepakat pada diriku sendiri. Aku yakinkan hatiku. Jika dirimu perempuan yang memang seharusnya jodohku, kita pasti akan bersatu. Allah tidak akan pernah menukar.
Yang jelas, bahwa keputusanmu semalam membuat semua pertanyaan di kepalaku seolah terjawab.Â
Bahwa kau memang wanita yang paling ba
ik yang ku kenal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI