. Justru dalam temaram ketika lampu-lampu dipadamkan, keindahan itu menampakkan dirinya. Yang bersembunyi dari riuh-rendah gelak-tawa dan hamburan kata-kata, justru dalam gelap...dalam ketiadaan cahaya kini menampakkan dirinya. Cahaya layar komputer dan tablet yang bertebaran bagai pendar-pendar batang lilin dalam sebuah acara makan malam bernuansa romansa. Dan kembang putih yang ditumbuhkan pada setiap meja bersisi bundar membingkai ruangan dengan aroma wangi yang lembut semburat dari kelopaknya... Dalam temaram gelap Blogshop Kompasiana-Telkomsel, semua mendadak sunyi dan seratusasn pasang mata menatap dalam diam layar kaca mencari-cari kata yang jari-jemari mereka ketikkan. Untuk saling berbagi cerita tentang sebuah hari -pada tanggal keduapuluh sembilan di bulan kesepuluh- di mana para pujangga melantunkan serat aksara tentang bagaimana menuliskan bahasa hati...tentang bagaimana menghimpun pupuh untuk menjelma buku...tentang bagaimana mencari karakter dan jati diri....tentang bagaimana memberi jiwa kepada deretan kata-kata....tentang negeri lima menara..... Dan dalam temaram lepas tengah hari, terlantun tembang-tembang asmara meyelipkan inspirasi tentang segala hal kerinduan, dan rasa cinta yang tak pernah habis tinta untuk menuliskannya. Mengisi ruang hati dengan kelembutan kisah asmara yang tak pernah berubah sejak ruh dicipta. Mengisi kesadaran bahwa semua kita manusia memiliki hati yang sama...hati yang dicipta dari semesta Cinta Nya. Dan oleh karenanya semua memiliki kemampuan yang sama untuk berbicara dalam bahasa keindahan, bahasa kelembutan, bahasa welas asih, bahasa kasih sayang yang memeluk semuanya.... Sebuah kesadaran indah terlahir dalam temaram : untuk menuliskan untaian aksara yang menumbuhkan kebaikan pada jiwa-jiwa manusia...untuk menuliskan cahaya..... . . . . . . . . Foto-foto koleksi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H