Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau mencari sensasi di tengah suasana trauma gempa Sendai. Hanya sekedar mengajak pembaca untuk mengeksplorasi tentang penyebab gempa berkekuatan 8.9 skala richter itu, untuk memperoleh sedikit pemahaman ttg apa yang terjadi. Saya bukanlah seorang ahli geofisika ataupun ahli gempa. Hanya membaca dari berbagai referensi. Mohon maaf jika dirasa kurang berkenan dan mohon koreksi serta masukan jika ada yg kurang pas dipahami. Hidup berdampingan dengan gempa, nampaknya adalah sebuah takdir yang tak mungkin dirubah bagi penduduk negeri matahari terbit itu. Gempa kecil hingga gempa besar tak pernah berhenti menghantui kehidupan masyarakat Jepang dari dulu hingga kini dan di hari-hari ke depan nanti. Yang dapat mereka lakukan hanyalah beradaptasi dengan kondisi itu: membangun rumah yang konstruksinya lebih tahan gempa, menyiapkan peralatan darurat di saat gempa, berlatih dan berlatih untuk menghadapi gempa yang tak pernah diduga kapan terjadi namun pasti terjadi.
Secara geologi,
kepulauan Jepang terlahir dari hasil tumbukan antara lempeng kulit bumi Amerika Utara dengan lempeng
Eurasia dan
Lempeng Filipina. Kepulauan seperti Jepang disebut sebagai
Island Arc, salah satu dari kepulauan jenis yang sama lainnya yang ada di berbagai belahan bumi. Dan kita tahu dari pelajaran di sekolah, bahwa lempengan bumi ini masih terus bergerak sejak masa pra sejarah dulu hingga ratusan juta tahun nanti...memisahkan benua-benua dan akhirnya menyatukannya kembali. Paska gempa Sendai tanggal 11 Maret 2011 kemarin, para ahli seismologi mengungkapkan bahwa posisi Pulau Honshu (pulau terbesar di kepulauan Jepang) telah bergeser sejauh 2,5 cm!). Dan pergerakan lempengan bumi yang sangat mega besar itu tentu saja membawa energi yang sangat besar yang telah melahirkan bentuk-bentuk daratan yang menakjubkan. Lempengan yang satu menabrak yang lain, mendongkrak daratan dan melahirkan deretan pengunungan Andes serta Himalaya. Lempengan yang lain saling menyusup di bawah yang lain, dan melahirkan jurang/palung laut (
trench) yang kedalamannya hingga ribuan meter....termasuk
Japan Trench salah satunya.
Di area Palung Jepang inilah gempa Sendai berpusat, yang memicu kejutan
Megathrust berkekuatan
9.1 skala Richter dan membangkitkan gelombang
tsunami ke daratan. Tumbukan antara lempeng samudera pasifik dan lempeng laut okhotsk selalu terjadi. Palung Jepang terjadi ketika
lempeng samudera pasifik menyusup terlipat ke bawah
lempeng laut okhotsk, dan gravitasi menarik kebawah lempeng okhotsk. Kejutan awal terjadi ketika tumbukan/lipatan kedua lempeng merobek kulit bumi sepanjang 400 km dan lebar 200 km! Guguran batuan keras kulit bumi mengirimkan kejutan ke permukaan laut, yang kemudian membangkitkan gelombang tsunami yang merambat secara radial ke pantai-pantai yang dekat maupun jauh (bahkan mencapai California). Gempa dan
Tsunami Sendai bukanlah yang pertama dan juga bukan yang terakhir. Hingga ratusan tahun ke depan, kedua lempeng kulit bumi di lepas pantai kepulauan Jepang itu
akan terus bertumbukan dan merobek sedikit demi sedikit kulit daratan. Menimbulkan kejutan gempa dan terjangan tsunami. Seratus lima puluh juta tahun ke depan, bahkan para ahli pergerakan lempeng bumi memperkirakan kepulauan Jepang akan terjepit oleh benua Australia yang bergerak mendesak ke Utara. Dan jauh sebelum itu, sebuah film Jepang berjudul
日本沈没, Nihon Chinbotsu (1975, 2006 diangkat dari sebuah novel 1973 berjudul sama ) secara provokatif telah menggambarkan nasib geologis dari kepulauan Jepang secara sangat dramatis. Novelnya sendiri mendapat pernghargaan dari the Japanese Detective Writers Association Prize. Kepulauan Jepang dan masyarakat yang tinggal di daratannya tentulah sangat sadar dengan takdir abadi mereka. Negeri mereka dilahirkan dari fenomena geologis di bawah kaki mereka dan terus bergerak sepanjang hidup mereka. Sebagaimana kepulauan Nusantara Indonesia, kepulauan Jepang juga berada di area rawan gempa yang tak akan ada habisnya. Tentu saja kita tidak boleh menyerah dengan kondisi alam yang ada. Yang terbaik bagi kita adalah "berdamai" dengannya: mempersiapkan diri sebaik mungkin, beradaptasi dengan cara membangun gedung-gedung dan rumah yang lebih tahan gempa, membangun kemampuan untuk mendeteksi setiap denyut gerakan tektonik sekecil apapun, memantapkan SOP menghadapi bencana dan tentu saja berdoa.... Semoga senantiasa dalam perlindunganNya Yang Maha Rahmaan......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya