Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Legion: Ketika Tuhan Berputus Harapan..Musnahkan Saja Manusianya!..

14 Maret 2010   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 3764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_93160" align="alignleft" width="445" caption="Legion, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Legion_%282010_film%29"][/caption]

Rasa penasaran yang sudah dua mingguan membisik-bisikiku untuk menonton film yang satu ini akhirnya terpuaskan. Sebuah film anyar “Legion” dengan plot cerita pemusnahan umat manusia seluruhnya. Sudah merasa bosan dengan tema ini? Jangan keburu menolak, karena film ini menyajikan sesuatu yang lain, yang jauh lebih filosofis dan dalam tentang eksistensi manusia di hadapan Tuhan Penciptanya.

.

Warning: Spoiler !!…Bagi anda yang belum menonton filmnya, tulisan ini akan membocorkan kejutan dan akhir cerita filmnya. Jangan dibaca jika tidak ingin kecewa.. :P .

Jika pemusnahan umat manusia dalam film Knowing” dan “2012” disebabkan oleh fenomena alam, maka dalam film Legion ini pemusnahan dilakukan oleh Tuhan sendiri. Hmm..

Tentu saja fenomena pemusnahan manusia oleh Tuhan sendiri sudah seringkali terjadi, sebagaimana dikisahkan dalam kitab-kitab suci. Dikisahkan bahwa sebuah kaum yang durhaka, kewmudian dimusnahkan seluruhnya oleh Tuhan dengan cara ditenggelamkan dengan air bah. Ada kaum lainnya yang dimusnahkan dengan membalik tanah di mana mereka tinggal, sehingga seluruhnya terkubur hidup-hidup. Ada sebuah kaum yang ditulikan telinganya, dan dibakar dengan badai dan petir yang menyambar-nyambar. Sementara sebuah kaum lainnya dibinasakan dengan badai pasir yang mennenggelamkan serta mengubur seluruh manusianya beserta peradaban yang mereka bangun. Perilaku manusia di dalam komunitas dan kaum itu telah membuat Tuhan murka, dan secanggih atau seindah apapun peradaban yang mereka bangun menjadi tak ada harganya di mata Tuhan yang murka. Maka mereka dibinasakan dalam sekali sapuan! (silakan tengok situs ini…ndak sengaja saya temukan...yang mendedikasikan dirinya utk kisah-kisah pemusnahan kaum manusia oleh Tuhan  sendiri sepanjang sejarah )

Dan dalam film Legion ini, dikisahkan bahwa Tuhan sekali lagi kehilangan kepercayaannya kepada kebaikan manusia. Maka IA mengirimkan legiun pasukan malaikatNYA, turun dari langit surgawi seperti badai bersayap untuk sekali lagi memusnahkan manusia zaman ini: kita. Tingkah polah manusia yang saling memerangi dan mematikan manusia lainnya, merusak alam lingkungan, menghancurkan ekosistem dan saling membenci satu sama lain….dinilai sudah keterlaluan memuakkan. Sehingga bahkan Tuhan sendiri akhirnya “putus harapan” akan kebaikan kemanusiaan. Apa lagi yang mau diharapkan dari manusia ini? Dimusnahkan saja !... (argumentasi yang sama diajukan oleh para Alien yang menghukum manusia di dalam film The Day the Earth Stood Still)

Percuma pembelaan para filsuf tentang betapa mulianya manusia sebagai “puncak evolusi kosmos”, yang memiliki kesadaran paling puncak dari seluruh proses evolusi kemakhlukan. Percuma pembelaan para pemuka agama-agama, tentang betapa manusia adalah “makhluq terbaik” yang telah diciptaNya sebagai “wakilNya” di bumi ini, sebagai “kekasihNya”. Tidak ada bukti untuk itu semua! Sekian lama menunggu, namun manusia tak pernah bisa membuktikan diri mereka pantas. Maka legiun pasukan malaikat pun dikirim, dengan satu tugas utama: memusnahkan manusia di bawah komando para “jenderal”-pasukanNya...para Malaikat Utama.

Kecuali Malaikat Mikail. Kali ini ia menolak menjalankan perintahNya dan malah turun ke bumi, memotong kedua sayapnya dan membelot bergabung dengan para manusia untuk melawan kehendak Tuhan.

“Beraninya engkau mempertanyakan isi hati Tuhan?”, kecam Jibril sang Jenderal Utama Legiun Malaikat.

“Tetapi IA juga yang telah menciptakan hati ini..”, kata Mikail sambil meletakkan tangannya di dadanya di dalam mana hati bersemayam. “Dan hati ini tak bisa berhenti mencintai mereka…para manusia”

“Ketika Tuhan menciptakan manusia, akulah Malaikat yang pertama kali bersujud kepada manusia sebagai tanda penghormatan dan cinta…”, jelasnya kepada kelompok manusia pejuang yang dipimpinnya.

Dan bukankah Tuhan dulu bahkan mengusir jenis malaikat yang sudah sombong dan menolak untuk bersujud kepada Adam –manusia pertama- yang diciptaNya? Jenis malaikat yang dicipta dari api, yang kemudian IA kutuk dan dijuluki “Iblis” (Sang Pembangkang).

.

Bukankah IA dulu juga sangat mencintai dan membangga-banggakan manusia? Mikail mencintai umat manusia, sejak dulu hingga selamanya. Perintah pemusnahan ia rasakan bertentangan dengan kata hatinya.

Maka Malaikat Mikail memimpin manusia untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan malaikat yang menyerang. Pasukan malaikat menggunakan badan fisik manusia lainnya, yang dirasukinya, sehingga menjadi seperti zombi-zombie (zombie?..ah..sayang sekali. Sebuah visualisasi yang sangat tidak kreatif untuk mengartikulasikan konsep filosofis yang sangat mendalam ini..hikss). Adegan menembaki zombie-zombie (manusia yg dirasuki malaikat) jadi berkesan seperti film manusia vs zombie biasa-biasa saja. Aneh juga bahwa malaikat memilih menggunakan badan fisik manusia, yang justu menghalangi mereka untuk menembus pintu dan tembok warung makan di tengah gurun New Mexico ini, yang menjadi pertahanan terakhir umat manusia. Hmmm..

Barisan demi barisan “zombie” mencoba merangsek ke dalam warung makan, untuk membunuh jabang bayi yang masih dikandung Charlie (nama wanita pelayan warung, yang jabang bayinya dikatakan oleh Mikail akan menjadi penyelamat umat manusia). Tapi serangan mereka selalu bisa dipatahkan oleh tembakan-tembakan bertubi dari Mikail dan kawan-kawan manusianya.

Hingga akhirnya jenderal legiun malaikat, Jibril, turun tangan sendiri. Langsung mendobrak pintu warung makan dan bertempur melawan Mikail. Pertempuran antara kedua Malaikat utama, yang satu patuh tanpa reserve kepada perintah Tuhan…yang satu mendengarkan kata hatinya yang mencintai umat manusia. Siapakah yang menang? Dan apakah Mikail akan mampu melawan kehendak TuhanNya Yang Maha Kuasa? Apakah umat manusia akan berhasil dimusnahkan sekali lagi oleh Tuhan yang sedang marah? Silakan nonton sendiri filmnya…  :P Yang tinggal dari film ini adalah pertanyaan-pertanyaan, yang menurutku sangat dalam dan mendasar: Jika Tuhan mencintai manusia semuanya, mengapa IA membinasakan mereka? Jika Tuhan membanggakan manusia di hadapan para MalaikatNYA, mengangkatnya sebagai wakilNya di bumi dengan segala kemampuan akal dan puncak kesadarannya,…..mengapa IA menghukumnya dengan keras tanpa ampun? Mengapa tidak disadarkan saja mereka semua itu? Bukankah Tuhan Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu? Termasuk Maha Kuasa untuk membolak-balik hati dan menjadikan mereka semuanya seperti apa mauNYA?......

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun