Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keinginan adalah Dahaga yang Tak Pernah Terpuaskan...

8 Desember 2009   06:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimanakah bahagia? Mengapa ia seperti tiada? Mengapa ada derita? Mengapa harus ada airmata, sementara yang kita inginkan hanya tawa dan bahagia? Kemana bahagia harus dicari? Dimanakah ia bersembunyi? Mengapa bahagia tak abadi? Secepat ia datang, secepat itu pula ia pergi. Dan bahagia kembali berganti sepi.... Maka Siddharta, seorang putera brahmana, memulai perjalanannya mencari jawaban atas semuanya. Mencari kebenaran dan bahagia abadi. Mencari pembebasan dari segala bentuk kedukaan. Menanggalkan kekakuan ritual dan upacara-upacara pengorbanan, melangkah dalam kegundahan dan seribu pertanyaan. Ke mana harus mencari? jalan mana yang harus dilintasi?... Bahkan menjadi murid sang Gotama (tokoh Siddharta lain yang nanti menjadi sang Buddha) tak pula menghilangkan kegundahannya. Kata Siddharta, kebenaran sejati dan pengetahuan tentang kebahagiaan abadi tak bisa diajarkan. Pencerahan harus terlahir dari dalam jiwa, tumbuh dari pengalaman melintasi beragam realita. Maka ia pun melangkah kembali memasuki dunia sehari-hari. Menjadi orang biasa. Kehidupan pun menelannya dalam naik turun gelombangnya. Sejenak Siddharta terlempar ke awan-awan, untuk kemudian dihempaskan ke jalan-jalan kehinaan. Ia tenggelam dalam pesona cinta, tergila-gila, untuk kemudian diremuk redamkan dalam airmata. Sesaat ia bergelimang kuasa dan harta, sesaat kemudian tergilas roda-roda ketamakan dan kerakusan yang ia ciptakan. Kehidupan membolak-balik hatinya. Satu keinginan melahirkan keinginan berikutnya. Dahaga semakin tak terpuaskan. Bahagia dan duka silih-berganti menjeratnya. Tiada lagi kedamaian dan ketenangan abadi. Hanya kegelisahan dan letihnya hati. Keinginan adalah dahaga yang tak pernah terpuaskan.... . Siddharta ...ditulis oleh Herman Hesse, seorang novelis Jerman. Terbit pertama kali tahun 1922

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun