[caption id="attachment_185449" align="alignleft" width="650" caption="sumber: IMDb Movie Database"][/caption] . Inilah tips menonton film Coriolanus (2012), sebuah film serius yang masih ragu-ragu ditayangkan oleh jaringan bioskop nasional. Mungkin karena takut tidak laku. Jika anda tidak sedang belajar tentang kesusastraan Inggris Raya, atau anda bukan seorang penggila karya-karya sastra klasik Inggris, maka tips menontonnya adalah: matikan saja suaranya, dan baca subtitelnya :) .... ..
“You common cry of curs! whose breath I hate. As reek o' the rotten fens, whose loves I prize. As the dead carcasses of unburied men. That do corrupt my air, - I banish you. Despising, for you, the city, thus I turn my back: There is a world elsewhere “
..
Inilah Coriolanus, sebuah film serius garapan sutradara –dan sekaligus bintangnya- Ralph Fiennes yang ditayangkan pertamakali di The 61st Berlin International film Festival pada Februari 2012 dan menjadi nominator untuk Golden Berlin Bear Award. Sebuah film yang merupakan adaptasi kontemporer dari karya klasik Shakespeare (1564-1616) berjudul "Tragedy of Coriolanus" (ditulis 1608-1609). Sebuah film yang akan meenenggelamkan anda dalam arus kosakata Inggris klasik dari awal hingga akhirnya. Lima menit pertama, mungkin anda masih berusaha mengikuti arus kata dan mencoba memahami artinya. Dan akhirnya anda akan kelelahan hingga menyerah saja. Lupakan mereka ngomong apa, baca saja subtitelnya! Setidaknya anda masih bisa menikmati dentuman meriam dan desingan peluru serta nada ngotot yang emosional dari para tokohnya. Setidaknya anda kemudian bisa berkonsentrasi untuk memahami pesan mendalam yang dibawa dalam film ini, di balik semua hiruk-pikuk suara peperangannya.
..
Inilah Coriolanus, sebuah kisah tentang tragedi seorang pahlawan perang, Caius Martius seorang jenderal kekaisaran Romawi, yang diberi gelar Coriolanus. Seorang jenderal yang sepanjang karirnya telah membuktikan dirinya loyal kepada kekaisaran, dengan keringat, airmata dan darahnya. Baginya, tak ada yang lebih utama dibandingkan kemuliaan Roma. Tidak juga keluarganya, tidak juga nyawanya. Semuanya untuk kejayaan Roma. Tapi di akhirnya, justru ia dibuang oleh rakyat negara kota Roma sendiri.
[caption id="attachment_185450" align="alignright" width="469" caption="sumber: IMDb Movie Databse"]
Rakyat, yang demi suara mereka selama ini ia berjuang memerangi musuh dan para pemberontak di daerah-daerah periferal. Rakyat, yang dengan mudahnya dihasut untuk membencinya oleh para advonturir dan oportunis politik Brutus dan Sicinius di majelis-majelis perwalian rakyat. Rakyat, yang awalnya memuja kepahlawanannya setinggi langit dan memberinya gelar kepahlawanan. Rakyat, yang ternyata menjelma segerombolan domba buta yang dengan mudah digiring oleh politisi, untuk berbalik membencinya…dan bahkan mengusir Coriolanus dari kota Roma!
Namun Coriolanus tak bisa dihancurkan begitu saja. Harga dirinya sebagai seorang jenderal perang –dan juga seorang pahlawan- tak bisa dengan mudah direndahkan. “I banish you!...despising, for you, the city, thus I turn my back!”, gelegarnya. “Jangan dikira kalian yang mengusirku. Tidak! Justru Aku lah yang meninggalkan kalian! Menghinakan kalian!”…
..
Maka ia pun pergi keluar Roma dengan rasa dendam serta kebencian terhadap kota-negara itu, yang dulu ia cinta sepenuh jiwanya. Kota yang kini telah mengusirnya pergi, dan kota yang kini ia mendendam pada setiap degub hati! Maka iapun bergabung dengan Aufidius sang pemberontak terkuat dari negri Volscian, yang dulu menjadi lawan abadinya di banyak peperangan. Seorang “musuh” yang dulu paling ingin ia bunuh, namum kini yang bersama-sama dengannya ia menyerbu dan membakar kota Roma!
Dapatkah Roma bertahan dari amarah Coriolanus yang menggulungnya dalam dendam? Bagaimana akhir kisah tragedi Coriolanus sang pahlawan? Begitu mudahkah kita berbalik membenci dan membuang pahlawan kita? Siapakah penggenggam “kebenaran”? Aku, kita, kami? Dia, kalian, mereka? Bagaimana jika kita bertukar tempat? Siapa kini yang “kebenaran”? Siapa “kawan”? Siapa “lawan”?
Dan seperti kata pemusik rock Ahmad Dani kepada seorang peserta Indonesian Idol kira-kira begini: "Jangan terlalu ngotot berpegang kepada kebenaran hari ini, karena yang dibilang sebagai kebenaran hari ini belum tentu menjadi kebenaran besok hari atau nanti.." Dalem ya? Mungkin dia habis nonton film ini? hehehe...
..
Selamat Menonton. Jangan lupa matikan suaranya, dan baca saja subtitle-nya.... ;p
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H