Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Serial Tujuh Menitan "The Confession" (2012): Kultum Tentang Kebencian

25 Mei 2012   17:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_183687" align="alignleft" width="651" caption="sumber: axn-asia.com"][/caption] . Menonton serial tivi yang satu ini hanya membutuhkan waktu sepanjang "kultum" alias kuliah tujuh menit per episodenya. Ya, karena setiap episodenya -total sepuluh episode- masing-masing hanya berdurasi lima sampai tujuh menit. Jadi dalam sepuluh hari mengikuti tayangannya di kanal tv kabel, film sudah kelar ditonton. Warning spoiler! Untuk anda yang belum menonton filmnya, stop membaca tulisan ini. Karena akan membuka alur cerita dan ending-nya!. Film unik bergenre web drama ini sebenarnya sudah ditayangkan perdana di situs internet video on demand "Hulu" pada bulan Maret tahun lalu, dan baru pada bulan Mei 2012 ini masuk ke layar kaca. Film The Confession ini merupakan karya dan dibintangi oleh  Kiefer Sutherland (populer melalui series TV "24"), juga dibintangi oleh aktor terkenal John Hurt) menawarkan sebuah eksplorasi mendalam tentang  apa yang disebut sebagai kebaikan dan aksi yang bagaimana yang disebut kejahatan? Ketika sang pembunuh (hitman) sebagai tokoh utama dalam film ini menembak mati satu demi satu orang-orang yang sudah jelas kriminal, apakah itu termasuk perbuatan jahat? Bukankah Tuhan juga membenci mereka dan ingin menghukum mereka? Dan bukankah dalam hati kecilnya, para agamawan diam-diam  juga mengharapkan lenyapnya para kriminal itu semua dari muka dunia? Bukankah artinya sang pembunuh hanya menjalankan peran sebagai eksekutor untuk mewujudkan keinginan itu, sehingga mewujud nyata? Bukankah dengan demikian ia menjalankan kehendak Tuhan? Dan jika ia dibilang melakukan perbuatan dosa karena melenyapkan nyawa para kriminal itu, bukankah diam-diam para agamawan juga menginginkan lenyapnya para kriminal itu? Apa bedanya? Begitulah sedikit dialog antara sang tokoh utama dengan sang agamawan di bilik pengakuan dosa, yang perlu anda simak secara serius untuk direnungkan. Dan pada setiap episode kita dibawa flashback ke masa-masa lalu, dimana sang hitman membunuh atau memaksa korbannya untuk bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri. Dan sepanjang tujuh menit durasinya, kita bisa melihat pancaran kebencian yang amat sangat dari kedua mata sang hitman, terutama ketika ia sedang berbicara dengan sang agamawan. Terlebih ketika kemudian film ini mengungkapkan, bahwa sang agamawan sebenarnya adalah ayah dari sang hitman! Seorang ayah yang di masa lalunya telah mengabaikan dan menelantarkan hidup anaknya. Seorang ayah yang dulu selalu saja menyakiti dan menyiksa isterinya -ibunya-. Seorang ayah yang telah menjadikan neraka dalam rumah tangganya, yang kemudian telah memaksa ibunya bunuh diri! Dan bagi hitman, semua itu adalah karena kesalahan ayahnya...yang telah menelantarkannya dan kini ditemuinya telah menjadi seorang agamawan. [caption id="attachment_183688" align="alignleft" width="638" caption="sumber: axn-asia.com"]

1337967127847146998
1337967127847146998
[/caption] . Lantas untuk apa hitman melakukan semua pembunuhan itu? Untuk menunjukkan kepada ayahnya, bagaimana kesalahan masa lalu ayahnya itu telah menjadikan dirinya seperti yang sekarang ini: seorang pembunuh. Kebencian yang telah ditumbuhkan selama berpuluh tahun hingga hari ini....penderitaan yang telah ditimpakan selama berpuluh tahun kehidupan....kini menjelma menjadi dirinya: hati yang sadis membenci. Dan untuk setiap nyawa yang dicabutnya, setiapnya adalah menjadi tanggung-jawab ayahnya sebagai penyebab semuanya!... Pada episode kesepuluh, episode penutup, sang hitman mengarahkan pistolnya ke arah sang agamawan -ayahnya-. Sang hitman bertanya sebelum menarik pelatuk senjata, "Apakah Ayah yakin di sisi dunia lain sana Tuhan sudah menanti Ayah?" "Ya", jawab lirih ayahnya "Apakah Tuhan akan memaafkan segala kesalahan Ayah?" "Ya" Sang hitman memicingkan matanya, "Tapi aku tidak akan pernah memaafkanmu, Ayah.." Dan sebuah letusan!!... Kematiankah? Tapi adakah hukuman yang lebih menyakitkan melebihi kematian?......ataukah hidup dicengkeram rasa bersalah? Yang pedihnya menghunjam selama hayat dikandung badan?... Selamat menonton... ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun