Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Money

Punk Anti Kapitalis? Dicari: Pemodal Bisnis Asesoris!...

9 Oktober 2011   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

. . Tiba-tiba saja sebuah jargon yang berbeda bunyinya mengalihkan perhatian kita. Ketika sebuah ATM dibakar tapi tidak lagi atas nama Tuhan ataupun agama tertentu, kita jadi terkejut. Ketika ancaman tidak lagi ditujukan kepada rumah-rumah ibadah tetapi kepada kantor-kantor bank, kita jadi tersadar bahwa kemarahan lama yang satu ini -yang tak harus berafiliasi kepada agama-agama- ternyata juga tak pernah mati. Sebuah gerakan yang jiwanya adalah rasa kekecewaan terhadap penindasan para pemilik modal, kegusaran terhadap eksploitasi oleh korporasi, dan kebencian terhadap apa saja yang dianggap sebagai bagian dari mesin raksasa bernama kapitalisme. [caption id="attachment_135931" align="alignright" width="393" caption="Gaya Baru Anti Kapitalisme?"][/caption] Dan gerakan selalu membutuhkan ikon serta simbol-simbol yang mempersatukan. Mereka yang bersimpati akan mengharuskan diri mereka untuk juga menyematkan ikon dan tampil dalam simbol-simbol itu. Maka dengannya mereka merasa meleburkan identitas individualnya ke dalam identitas yang satu dan seragam. Dulu, merah dianggap sebagai "warnanya" mereka yang anti imperialis neo-kolonialis. "warnanya" sebuah revolusi rakyat melawan penindasan kaum pemilik modal. Maka semua yang merasa sepaham, mewajibkan dirinya untuk menggunakan yang serba merah. Dan produksi benda-benda berwarna merah melonjak tinggi. Percetakan kertas warna merah, produsen kain warna merah, pabrik kaos warna merah, importir bahan baku untuk cat merah...melihat melonjaknya "demand", dan segera melipatgandakan mesin produksinya untuk menjamin ketersediaan "supply" yang cukup.  Para produsen berlomba-lomba memanfaatkan momentum emosional itu. Mereka yang memiliki mesin lebih banyak, memiliki pabrik lebih besar...akan lebih cepat mensuplai barang ke pasar. Revolusi merah semakin marak membara, begitu pula keuntungan mengalir semakin deras kepada produsen-produsen pemilik modal besar... Dan kini, gerakan itu memiliki ikon serta warna dan simbol-simbol yang baru. Anti kapitalis tidak harus selalu merah, tapi ternyata juga bisa hitam! Warna merah-merah itu dulu. Sekarang hitam-hitam adalah tren baru warna gerakan anti-kemapanan! Merah tidak lagi menjadi satu-satunya simbol perlawanan terhadap kapitalisme. Sekarang hitam-hitam adalah "the new black" buat semangat anti penindasan kapitalis. Inikah tren gaya baru dari gerakan anti kapitalisme? Hitam?....inikah "warna", "ikon" dan simbol yang baru dari gerakan anti eksploitasi kaum bermodal? Dulu, ikat leher dan ikat lengan adalah simbol penanda gerakan. Sekarang, rambut spikey, celak mata hitam, dan kaos gaya junkies ternyata bisa juga jadi simbol penanda gerakan.  Dulu, bendera merah. Sekarang, bendera koyak-koyak hitam bisa juga. Dulu, ikat kepala dan bandana merah. Sekarang,...asesoris sepatu boot tinggi, rantai besar berkilat, sarung tangan berduri, tindik telinga, cincin hidung dan besi di ujung lidah! Jika iya,...ini adalah sebuah momentum emosional yang baru. Sebuah peluang baru. Yuk kita rame-rame berbisnis asesoris...! . Catatan kecil OOT: Coba tebak siapa produsen terbesar dari kain batik cap yang banyak anda beli dan anda pakai itu? Sudahkan mendukung kelangsungan hidup pembatik nasional?  Yang pasti suppliernya bukan dari masyarakat kecil pengerajin batik di Jogja, Lasem atau Cirebon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun