Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Money

Janji Sejahtera (3): Negara Yang Kuat Dan Ditakuti

17 Januari 2010   04:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:25 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang akan terjadi jika kita bebaskan saja masing-masing anggota masyarakat untuk mengejar apapun yang diinginkan? Apa yang akan terjadi jika negara kita bubarkan saja, lembaga-lembaga otoritatif kita bekukan, dan biarlah masyarakat menentukan sendiri apa maunya mereka?

Thomas Hobbes (1588-1679), salah seorang filsuf terkemuka dunia kelahiran Inggris, menyebut kondisi tersebut sebagai “the state of nature” atau kondisi alamiah dari sekumpulan banyak individu-individu. Semua dinamika di dalam kumpulan itu digerakkan oleh motivasi-motivasi individualistik yang berasal dari kepentingan diri (self-interest). Kepentingan diri untuk kelangsungan hidup. Dan dalam rangka menjamin kelangsungan hidupnya, setiap orang berusaha untuk meneguhkan kekuasaannya. Tidak hanya dengan cara menunjukkan kepada orang lain bahwa ia lebih kuat ( dengan cara menakut-nakuti sehingga orang lain tidak berani mengganggunya), tetapi juga dengan menyerang lebih dahulu orang lain yang lebih lemah dari mereka. Setiap orang selalu dalam keadaan siaga dan siap menyerang atau diserang. Inilah kondisi yang dikatakan Hobbes sebagai “bellum omnium contra omnes”….semua orang berperang melawan semua orang! Inilah kondisi alami yang akan terjadi, dan dalam kondisi perang demikian tidak urusan soal “adil” atau “tidak adil” karena tidak ada lembaga otoritatif yang diakui untuk mendefinisikan itu.

Dan Hobbes menyadari, di dalam bukunya yang paling terkenal Leviathan (1651), bahwa kekayaan merupakan salah satu “kekuasaan artifisial” yang dicari oleh semua orang dalam rangka meneguhkan kekuasaan demi kelangsungan hidupnya. Dan dalam upayanya itu mereka memandang orang lain sebagai “musuh” yang harus ditaklukkan dalam sebuah zero-sum game: hanya satu orang yang boleh menang/untung, sementara orang lain harus kalah/merugi.Dalam semangat demikianlah maka cara apapun, se-eksploitatif dan se-manipulatif apapun, dipandang sebagai boleh dilakukan.

“Persaingan menuju pada dominasi dan menyebabkan pertikaian untuk meraih kemenangan: pembelaan bermaksud untuk mencapai keamanan dan memperebutkan kesejahteraan…Dari sini terbuktilah bahwa tanpa suatu kekuasaan yang membatasi semua hal itu keadaan manusia, …merupakan perang semua melawan semua….Dalam perang semua melawan semua tak ada yang bisa disebut tak adil. Dalam keadaan seperti itu istilah adil dan tak adil tidak pada tempatnya.”<!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]-->

Lantas bagaimana supaya semua orang itu bisa hidup tenang? Dan tidak selalu dalam ketakutan terhadap ancaman orang lain?. Maka Hobbes menyimpulkan, bahwa disinilah peran negara diperlukan. Individu-individu itu semuanya perlu sepakat untuk menyerahkan semua hak pribadinya kepada sebuah institusi yang diberi mandat utk meng-atasi semua kepentingan individu. Jadi, negara dibentuk atas dasar kesepakatan semua orang dan diberi mandat untuk menjamin kelangsungan hidup mereka semua sebagai sebuah kumpulan.

Bagaimana caranya? Negara diberi kekuasaan absolut untuk melakukan apa saja untuk menjamin terlaksananya “kontrak sosial” yang telah disepakati bersama itu. Dan negara tahu, bahwa karena semua orang takut akan kematian dan berusaha hidup…..maka negara harus mengeksploitasi rasa takut itu untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Maka pertama-tama negara harus menampilkan dirinya sebagai “yang paling ditakuti”….ia harus menyebarkan ancaman dan teror untuk menciptakan image negara yang kuat. Ia harus membuat semua orang takut kepada negara..dan dengan demikian akan menghormati negara.

Kemudian ia harus tanpa ragu-ragu menghukum mati individu2 yang berusaha melanggar kesepakatan..karena itulah ketakutan utama semua orang. Misalnya, seorang yang melakukan korupsi harus dieksekusi mati beserta seluruh keluarga besarnya dari kakek buyut sampai anak cucu dan cicitnya. Atau menghukum mati seluruh keluarga penyelundup atau pengedar narkotika. Untuk menunjukkan, bahwa jika orang melanggar “kontrak sosial”…maka kelangsungan hidupnya dan keturunan dan marganya akan tamat semuanya!

Hanya dengan negara yang sangat kuat seperti itulah, yang menggenggam semua senjata hukuman mati di tangannya, dan hanya negara sangat ditakuti sebagaimana semua orang takut kepada seekor monster laut (Leviathan adalah nama monster laut dalam legenda)……maka akan tercipta masyarakat yang hanya diisi oleh orang-orang dengan perilaku yang “baik”, orang-orang yang saling menghormati hak-hak orang lain. Karena negara lah yang akan menjaminnya….sampai terwujudnya kesejahteraan bagi semua. . <!--[endif]-->

<!--[if !supportFootnotes]-->

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun