Mohon tunggu...
Therre Rani Nur
Therre Rani Nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa biasa yang menyukai cerita sci-fi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membongkar Akar Rendahnya Literasi di Indonesia

5 Juni 2024   21:32 Diperbarui: 14 Juni 2024   08:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh: Therre Rani, Muhammad Rangga, Hidayatullah, Teguh Pragita

Membicarakan literasi tentu telinga kita sudah tidak asing mendengarnya, literasi menjadi penting dalam pendidikan karena merupakan hal dasar untuk belajar. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga mencakup bagaimana cara individu memahami informasi dengan baik sekaligus memberikan analisis sehingga dapat menyimpulkan informasi tersebut. Pertanyaannya sekarang adalah, apa yang menyebabkan rendahnya literasi di Indonesia? Dilansir dari Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, Husnul Fuadi dkk (2020), rendahnya literasi di Indonesia disebabkan karena ketidaksesuaian dalam pemilihan modul ajar, miskonsepsi akibat tuntutan penyelesaian target materi bahan ajar, kemudian lingkungan yang kurang mendukung untuk mengakses materi.

Indonesia secara konsisten menempati peringkat rendah dalam hal tingkat literasi secara global. Menurut UNESCO, pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal kebiasaan membaca. Pada tahun 2020, skor indeks kebiasaan membaca negara ini adalah 55,74, yang dianggap rata-rata. Hasil Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) 2019 menempatkan Indonesia di peringkat 62 dari 70 negara dalam hal literasi membaca. Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya 0,001% dari populasi Indonesia memiliki minat baca yang kuat, yang berarti hanya satu orang dari 1000 yang merupakan pembaca setia. Berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional RI, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, angka tersebut hanya sekitar 26 dari 100, namun melonjak menjadi 59,52 di tahun 2021. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat dan kebiasaan membaca di kalangan penduduk Indonesia.

Selanjutnya, dengan berakhirnya masa pandemi, masyarakat sudah dapat kembali beraktivitas di luar rumah, termasuk mengunjungi perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di Jakarta telah berhasil memperoleh predikat kualitas pelayanan publik kedua terbaik dari penilaian Ombudsman pada tahun 2022. Hal ini mengindikasikan bahwa perpustakaan tersebut dapat diandalkan dalam memberikan layanan yang memuaskan bagi pengunjung. Namun, ada kekhawatiran mengenai kualitas perpustakaan-perpustakaan daerah, yang masih dipertanyakan apakah memadai dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas dan meratakan akses ke perpustakaan di seluruh wilayah Indonesia agar dapat mendukung tingginya minat baca masyarakat.

Kemampuan literasi memiliki peran penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena memungkinkan seseorang untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi secara kritis. Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), nilai budaya literasi di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 57,4 poin, meningkat 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai budaya literasi tersebut disusun berdasarkan tiga indikator. Pertama, persentase penduduk yang membaca, baik cetak maupun elektronik, tercatat sebesar 53,18%. Kedua, persentase penduduk yang mengakses internet untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan sebesar 68,24%. Ketiga, persentase penduduk yang mengunjungi perpustakaan atau memanfaatkan taman bacaan masyarakat hanya sebesar 3,99%. Meskipun mengalami peningkatan, budaya literasi Indonesia masih cukup rendah, terutama dilihat dari indikator kunjungan ke perpustakaan yang membutuhkan perhatian lebih. Upaya peningkatan budaya literasi perlu dilakukan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, khususnya dalam meningkatkan minat kunjungan ke perpustakaan dan pemanfaatan sumber-sumber literasi yang tersedia.

Rendahnya Tingkat literasi di Indonesia tentunya berdampak di masyarakat itu sendiri. Dampak yang dapat kita lihat untuk saat ini adalah, banyaknya orang yang mudah termakan hoax dan tidak menelurusi kejelasan sumber tersebut. Seperti yang kita tahu, hoax sudah bertebaran di mana-mana, apalagi sekarang kemudahan mengakses internet sehingga hoax bisa menyebar lebih cepat. Dampak lain dari rendahnya literasi adalah ketidakmampuan peserta didik saat mempresentasikan materinya, seperti ketika sedang presentasi bukanlah menyampaikan pemahaman mereka, melainkan membaca apa yang tertulis di materi atau power point mereka.

Jika penurunan peringkat literasi terus terjadi atau tidak naik secara signifikan, dapat disimpulkan akan berdampak pada negara itu sendiri. Kemungkinan dampaknya adalah Adanya kesenjangan digital yang dapat menunjukkan ketidakmerataan akses dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Kemampuan memanfaatkan Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) Literasi yang rendah berarti masyarakat memiliki kemampuan yang terbatas dalam memahami, menggunakan, dan memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Mereka cenderung tertinggal dalam memanfaatkan perangkat digital, internet, media sosial, dan platform online untuk mengakses informasi, layanan publik, atau peluang ekonomi. Dampak lainnya adalah rendahnya literasi dapat menyebabkan masyarakat tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk berpartisipasi dalam proses politik dan sosial, sehingga negara tersebut harus bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan politik dan sosialnya. Misalnya, jika suatu negara memiliki tingkat literasi yang rendah, maka masyarakatnya tidak dapat mengembangkan kemampuan ekonomi yang cukup untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Akibatnya, negara tersebut harus mengimpor barang dan jasa dari negara lain, sehingga meningkatkan ketergantungan pada negara lain.

Rendahnya tingkat literasi di Indonesia merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian serius. Penyebab utamanya antara lain ketidaksesuaian modul pembelajaran, miskonsepsi akibat tuntutan penyelesaian materi, serta lingkungan yang kurang mendukung akses literasi. Meskipun minat baca masyarakat menunjukkan peningkatan, namun budaya literasi secara keseluruhan masih rendah, terutama dalam hal kunjungan ke perpustakaan. Dampak dari rendahnya literasi sangat luas, mulai dari rentan terpapar hoaks, ketidakmampuan mengomunikasikan pemahaman dengan baik, hingga kesenjangan digital yang dapat menghambat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal. Jika tidak ditangani, rendahnya literasi dapat menyebabkan ketergantungan pada negara lain dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, upaya sistematis dan berkesinambungan dari semua pihak diperlukan untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia agar dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

Sumber Pustaka :

Fuadi, Husnul dkk. Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan. Vol 5. No 2. 2020.

“[ARTIKEL] Kegiatan Literasi Di Indonesia,” Language Center, n.d., accessed June 5, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun