Berdasarkan hadis-hadis maudhu yang tersebar, terlihat bahwa motivasi dan tujuan pembuatan hadis maudhu bervariasi. Beberapa di antaranya adalah:
- Faktor Politik: Pertentangan di antara umat Islam muncul setelah pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan penggantian kekhalifahan oleh Ali bin Abi Thalib. Hal ini menyebabkan umat Islam pada saat itu terpecah menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin memperjuangkan keadilan atas kematian Khalifah Utsman, serta golongan yang mendukung kekhalifahan Ali (Syi'ah). Setelah Perang Siffin, muncul pula golongan-golongan lain seperti Khawarij dan pendukung Muawiyyah. Setiap kelompok mengklaim bahwa ijtihad (penafsiran) mereka adalah yang paling benar, dan mereka berusaha mempertahankan kelompok mereka serta mendapatkan simpati massa dengan cara mengambil dalil dari Al-Qur'an dan Hadis. Jika tidak ada dalil yang mendukung kelompok mereka, mereka cenderung memutarbalikkan makna dan memberikan penafsiran yang tidak pantas. Oleh karena itu, mereka menciptakan hadis palsu seperti hadis-hadis tentang keutamaan para khalifah, pemimpin kelompok, dan aliran-aliran dalam agama. Kelompok yang paling banyak menciptakan hadis maudhu adalah golongan Syi'ah dan Rafidhah. Kelompok Syi'ah menciptakan hadis tentang wasiat Nabi bahwa Ali adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah setelah beliau, serta mencemarkan nama orang-orang yang dianggap sebagai lawan politik, seperti Abu Bakar, Umar, dan lain-lain. Beberapa contoh hadis maudhu yang dibuat oleh kelompok tersebut adalah:
 "Yang menerima wasiatku, dan yang menjadi tempat rahasiaku dan penggantiku dari keluargaku adalah Ali.
Di pihak Mu'awiyah ada pula yang membuat hadis maudhu sebagai berikut:
" Orang yang dapat dipercaya disisi Allah ada tiga yaitu: Aku, Jibril dan Mu'awiyah".
- Faktor kebencian dan permusuhan juga menjadi salah satu motivasi dalam pembuatan hadis-hadis maudhu. Keberhasilan dakwah Islam menyebabkan beberapa orang yang telah masuk Islam dari agama lain masih menyimpan dendam dan sakit hati terhadap kemajuan agama ini. Golongan-golongan seperti Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani merupakan contoh golongan-golongan ini yang selalu membawa dendam dan benci terhadap agama Islam. Mereka tidak mampu melawan kekuatan Islam secara terbuka, sehingga mereka memilih jalan yang tidak baik ini dengan menciptakan sejumlah hadis maudhu.Â
Tujuan mereka adalah merusak ajaran Islam dan menghilangkan kemurnian dan ketinggian agama ini di mata para cendekiawan dan ilmuwan. Â Ada pendapat yang menyatakan bahwa faktor ini merupakan awal munculnya hadis-hadis maudhu. Hal ini didasarkan pada peristiwa yang melibatkan Abdullah bin Saba', yang berusaha memecah-belah umat Islam dengan mengaku mencintai Ahli Bait. Sejarah mencatat bahwa Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam.Â
Oleh karena itu, ia berani menciptakan hadis-hadis maudhu pada saat masih banyak ulama dan sahabat Nabi yang masih hidup. Beberapa tokoh terkenal dari kalangan orang zindiq yang terlibat dalam pembuatan hadis-hadis maudhu adalah: Abdul Karim bin Abi Al-Auja, yang telah menciptakan sekitar 4000 hadis maudhu tentang hukum halal dan haram. Ia membuat hadis untuk menghalalkan yang seharusnya haram dan mengharamkan yang seharusnya halal. Akhirnya, ia dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman, Walikota Bashrah. Muhammad bin Sa'id Al-Mashlub, yang dihukum mati oleh Abu Ja'far Al-Mashur. Bayan bin Sam'an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin Abdillah.Â
- Faktor Kebodohan: Ada golongan dalam umat Islam yang cenderung melakukan ibadah namun kurang memahami agama secara mendalam. Golongan ini membuat hadis-hadis maudlu (palsu) dengan tujuan untuk menarik orang agar berbuat lebih baik. Mereka membuat hadis yang berisi dorongan-dorongan untuk meningkatkan amalan, dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar, melalui hadis targhib yang mereka buat sendiri.Â
Hadis palsu semacam ini biasanya menjanjikan pahala yang sangat besar untuk perbuatan kecil. Selain itu, mereka juga membuat hadis maudhu (palsu) yang berisi dorongan untuk meninggalkan perbuatan yang dianggap tidak baik. Mereka menciptakan hadis maudhu yang memberikan ancaman besar terhadap perbuatan yang sepele. Sebagai contoh, menurut Al-Qur'an, haji yang sebenarnya adalah ibadah haji itu sendiri (Al-Qur'an Surah At-Tawbah: 3), dengan pengertian bahwa ibadah umrah disebut sebagai haji kecil. Namun, hadis maudhu dibuat oleh beberapa muballig atau guru agama yang ingin memberikan nilai lebih kepada ibadah haji yang wukufnya bertepatan dengan hari Jum'at.
- Sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang cenderung fanatisme dan rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali untuk membuat hadis-hadis palsu sebagai upaya untuk mempersamakan mereka dengan orang-orang Arab. Selain itu, Fanatisme Madzhab dan Teologi juga menjadi factor munculnya hadis palsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Madzhab Fiqh dan Teologi, diantaranya: Â "Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku', maka tiadalah shalat baginya". Hadis ini diduga dibuat oleh pengikut mazhab yang tidak mengangkat tangan ketika ruku'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H