Si gadis pun menutup dan mengunci kamar itu tanpa jawaban dari si mawar yang sudah hilang kesadaran. Gadis itu turun ke lantai bawah, menemui nenek dan pergi ke luar toko menuju sebuah ladang yang tak jauh dari situ.
Saat di tengah perjalanan, ia bertemu dengan sebuah delman. Delman itu berhenti di sampingnya, lalu dari balik jendela penumpang, terlihat seorang pria tua menyapa gadis itu.
"Pagi sekali. Mau kemana kau sepagi ini?" kata tuan pengacara.
"Ah, ternyata anda. Saya mau berjalan -- jalan ke ladang sebentar. Disana udaranya masih segar, mumpung hari ini toko libur."
"Oh, begitu. Kenapa tak mengajak si nenek?"
"Nenek masih mencuci piring, katanya nanti sore saja jalan -- jalannya. Ngomong -- ngomong, tuan hendak kemana?"
"Kami mau pergi ke kerajaan seberang untuk minta tolong mengatasi wabah di kota ini. Bukan begitu, pak kusir?"
"Ya, sudah lama kami menunda perjalanan ini. Jadi mumpung makhluk api itu sudah tidak ada, kami hendak menyeberang hutan." kata si kusir.
"Jadi makhluk mengerikan itu sudah hilang?" tanya si gadis.
"Ya, seseorang telah mengusirnya dari jembatan itu. Jadi warga disini bisa melintasinya lagi dengan aman."
Karena matahari semakin menaik, si kusir dan si pengacara segera meneruskan perjalanan menuju kerajaan seberang. Sementara si gadis, terus melangkah dan tak berapa lama kemudian sampailah ia di sebuah ladang luas.