Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syair Sang Buaya

25 Oktober 2020   22:42 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat dua buaya merasa bersatu di dua dunia 
Merasa utuh bagai jemari kanan dan kiri yang saling menggenggam 
Saat itulah keduanya ditimang - timang oleh air tenang yang menenggelamkan 

Wahai buaya sayang,
Janganlah engkau berkeinginan tuk bertemu, karena yang kau temukan hanyalah keinginanmu bukan diriku 
Janganlah engkau berharap bisa menatapku, karena yang kau tatap cuma air mata palsu dan senyum dari hati yang bisu
Aku berujar begitu, karena tak mau engkau terluka, dan tak ingin aku berduka

Aku bisa menggoyang Gunung Merapi, dan menyobek Laut Hindia
Namun diriku terlalu lemah untuk mengabaikan keindahanmu, yang hanya sebutir kerikil dan setetes air
Menghalangi kokohnya gunung dan luasnya samudera

Biarlah waktu terus melata, tanpa tahu yang mana ekor dan yang mana kepala
Mencintai bisa menyiksa, kalau dijinjing oleh pengetahuan semata
Jadi aku berdoa agar aku tak mampu lagi berdoa

Pertemuan akan sirna, diganti dengan perjumpaan dengan hampa
Karena
Bertatap muka denganmu, aku tak tahu wajahku akan kupalingkan kemana, dan mulutku akan berkata apa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun