Lambat laun namun pasti, jemari menari bersama senja
Penaku belum kering, ujung lancipnya masih tinggal di pulau kertas
Kusaksikan ia meliuk bagai ular mengejar belut sawah
Gesit dan tiba - tiba, menghentikan jam di seluruh dunia
Koma demi koma kulalui, namun aku masih bernyawa
Hidup bagai sakelar lampu, yang sekali menyala sekali sia - sia
Hingga kutunggu sebuah titik, yang tak kunjung tiba
Aku terus mengeja waktu yang sudah kadaluarsa
Dan menyulam kenangan demi sebercak kain harapan
Karena ketidaktahuan adalah pengetahuan
Dan kepolosan adalah kekuatan
Aku terus melangkah keluar, demi menemukan kedalaman
Aku bergelayut di palung curam, hanya untuk kembali ke teluk dangkal
Tak bisa lagi kuterima, tentang segala sesuatu yang bisa kulakukan
Dulu aku senang bermain komedi putar
Namun kini aku gemar bermain apapun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H