Saat melihat butiran nasi terjatuh dan membiarkannya
Saat itu aku merasa hina
Bagai seorang raja bertahta
Yang tak puas dengan istana dan budaknya
Butir nasi yang kujatuhkan
Lantas dikunjungi kaki semut
Daging segar, pikirnya
Lalu ia pesta pora dengan kawan lamanya
Mereka gembira
Bagiku sebutir, bagi mereka camilan raksasa
Iri muncul dari balik perapian jiwa
Menyalakan bara nelangsa
Memenuhi tungku duka
Aku lihat
Aku punya kapal berusia ribuan kalpa
Aku tinggal di dalam khayangan yang khayal
Kurang apa hidupku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!