Angin malam membelai kulitku
Decit burung tak henti terdengar, mengisi ruang kosong dan sunyi
Sesekali jangkrik bernyanyi, bersahutan dengannya
Ketukan dalam hati kembali terdengar
Berirama, cepat kadang lambat
Dibalut oleh rasa sakau, pusing sekaligus mabuk oleh kenyataan
Tiba - tiba sejentik suara muncul, dan tikus menjerit
Malam itu tidak berbintang, semakin gelap setelahnya
Aku terjaga, menyadari diriku dikepung kepekatan
Kulihat yang lain tidak, dan rasanya bagai tertinggal di dalam terowongan
Cahaya
Kemanakah kau menaungi?
Jangan biarkan diriku tenggelam makin dalam
Aku tak tahu bagaimana menyalakanmu lagi
Tubuhku sudah tak tampak, dan pengetahuanku sudah di tepi jurang semesta
Sedetik lagi, semuanya akan sirna
Di bawah kegelapan, di dasar palung ketidakberdayaan
Bersama hawa malam yang menyejukkan, sekaligus menghanyutkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H