Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hawa Malam yang Menenggelamkan

24 Juli 2020   02:36 Diperbarui: 24 Juli 2020   02:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin malam membelai kulitku
Decit burung tak henti terdengar, mengisi ruang kosong dan sunyi
Sesekali jangkrik bernyanyi, bersahutan dengannya

Ketukan dalam hati kembali terdengar
Berirama, cepat kadang lambat
Dibalut oleh rasa sakau, pusing sekaligus mabuk oleh kenyataan

Tiba - tiba sejentik suara muncul, dan tikus menjerit
Malam itu tidak berbintang, semakin gelap setelahnya
Aku terjaga, menyadari diriku dikepung kepekatan
Kulihat yang lain tidak, dan rasanya bagai tertinggal di dalam terowongan

Cahaya
Kemanakah kau menaungi?
Jangan biarkan diriku tenggelam makin dalam
Aku tak tahu bagaimana menyalakanmu lagi
Tubuhku sudah tak tampak, dan pengetahuanku sudah di tepi jurang semesta

Sedetik lagi, semuanya akan sirna
Di bawah kegelapan, di dasar palung ketidakberdayaan
Bersama hawa malam yang menyejukkan, sekaligus menghanyutkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun