Pendidikan Indonesia di saat ini mengalami tantangan yang sangat berat. Hal ini terbukti dari data yang di keluarkan oleh UNESCO yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke 69 dari 127 negara. Realita pendidikan di Indonesia yang tidak seimbang ini dikarenakan jumlah guru yang tidak merata, jarak dan bentang alam yang berbeda-beda  menyebabkan pendidikan tidak tersentuh hingga daerah pinggiran seluruh Indonesia. Maka tidak dipungkiri lagi pendidikan di Indonesia khususnya provinsi Kalimantan Barat menjadi barang langka dan mahal untuk di dapatkan.Â
Hal itu yang aku rasakan sebagai pendidik yang telah mengabdi hampir dua tahun di pedalaman Kalimantan Barat. Sebenarnya tempat tugasku sebagai guru kontrak di pedalaman Kalimantan Barat tepatnya di kabupaten Sintang tidak begitu jauh. Jarak yang ditempuh untuk mencapai dusun Jelawai berkisar 4 – 5 jam melalui jalan negara yang masih berstruktur tanah yang tidak stabil,Â
atau melalui jalan pintas yang teksturnya masih tanah dan berbatu yang dikelola oleh perusahaan sawit kurang lebih 1,2 jam – 2 jam tergantung kondisi cuaca dan jalan yang aku tempuh dari kota sintang. Hanya saja, bentang alam menuju dusun Jelawai yang membuat jalur yang aku tempuh mempunyai tantangan dan resiko tersendiri.
Karena kecintaanku tidak hilang dan kerinduanku telah terobati dengan cara pergi pulang dari rumah kurang lebih 70-90 menit. Maka ada kepuasan dan semangat yang aku dapatkan dalam hidup ini. Namun, dari semua itu ada resiko yang selalu mengintai dalam hidupku. Resiko itu adalah maut yang selalu mengintaiku dalam perjalanan menuju tempat aku berkerja ataupun pulang kerja. Tentu saja resiko tersebut bisa saja terjadi kapan saja dan dimana saja lokasinya.
Salah satu resiko yang pernah aku alami saat aku mengalami kecelakaan tunggal menuju sekolah. Kejadian tersebut terjadi pada hari sabtu pagi sekitar jam setengah tujuh pagi. Aku memacu kendaraan dengan sangat cepat diantara 70-80 km/jam di jalan yang bergelombang dan berpasir. Karena jalur sawit yang aku lewati adalah jalur lurus. Maka, aku beranggapan jalur tersebut sangat baik. Karena jalan lurus dan kecepatanku di atas 70km/jam, aku tidak melihat lubang lebar sekitar 40-50 cm dan ke dalam sekitar 60 cm. Akhirnya aku terjatuh dan terpental kedepan motor, belum sempat aku berdiri, tanpa aku sadari bagian kaki hingga pahaku tertimpa oleh motor.Â
Aku berusaha berdiri dan mengeser kendaraanku. Aku lihat stang motor yang bengkok, spakboard yang patah, knalpot retak dan harus diganti, sepion patah, body motor yang lecet dan patah. Karena peristiwa itu, aku tidak masuk selama satu minggu dan harus menganti kerusakan motor hingga 1 jutaan lebih. Sedangkan aku di rawat ke puskesmas karena siku, lutut, pinggul, dan kakiku terluka. Aku bersyukur tidak perlu opname di rumah sakit. Dokter juga mengijinkan aku pulang pada hari itu juga karena luka yang aku derita tidak begitu serius. Hanya saja biaya yang aku keluarkan kurang lebih empat ratus ribuan. Untuk guru honor daerah, uang tersebut sangat besar nilainya. Namun, mau bagaimana lagi. Jika aku tidak berobat, maka luka yang aku derita akan mengalami infeksi.
      Dalam mengelola pendapatanku saat ini. Aku berusaha sedikit menyisihkan gajiku untuk dana darurat untuk menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan. Namun, menyisihkan tiap bulan jika kejadian tersebut sering terjadi apalagi jika ada kejadian yang berbahaya dan tidak menjamin apa yang aku sisihkan tiap bulan tidak mampu memberikan kesejahteraan buat aku, keluarga dan kendaraanku. Oleh karena itu, aku harus mempercayai ansuransi jiwa dalam mengelola gaji yang aku sisihkan tiap bulan agar aku dan keluargaku dalam menjalani kehidupan selalu aman dan nyaman. Salah satu ansuransi jiwa yang tepat dalam mengelola gaji yang telah aku sisihkan adalah ansuransi jiwa FWD Life.Â
Ansuransi jiwa FWD Life  merupakan perusahaan ansuransi yang memberi perlindungan dari resiko ekonomis akibat kecelakaan atau meninggal seseorang. Ada banyak alasan mengapa FWD Life dipercaya dalam mengelola gaji yang aku sisihkan tiap bulan untuk kenyaman dan ketenangan aku dan keluargaku, yakni FWD Life memiliki ansuransi tambahan Accindental Dead & Disablement Benfit. Dengan adanya FWD Life yang memiliki ansuransi tambahan Accindental Dead & Disablement Benfit, maka pihak FWD Life memberikan nilai uang pertanggungjawaban sampai dengan Rp 2 miliyar. Tidak hanya sampai di situ saja.Â
FWD Life memberi pertanggungjawaban hingga aku berusia 80 tahun. Padahal, usia produktif orang Indonesia berkisar dari 20 – 50 tahun atau selama aku bekerja. Jadi, saat kita berada di usia manula atau pensiun, FWD Life tetap memberikan jaminan pertanggungjawaban hingga Rp 2 miliyar. Lalu bagaimana dengan ansuransi kecelakan lalu lintas seperti yang telah aku alami?.Â