Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Residu Demokrasi: Caleg Peraih Suara Terbanyak Mundur

19 Maret 2024   00:27 Diperbarui: 19 Maret 2024   00:33 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratu Wulla, lewat pemilu sistem proporsional terbuka, berhasil memperoleh suara terbanyak di internal partainya. Maka dia berhak mewakili partainya dan konstituennya duduk sebagai anggota DPR RI.

Namun, dengan pengunduran diri, Ratu Wulla meniadakan arti penting pilihan rakyat, lebih utamakan memuluskan jalan rekan se-partai, Viktor Laiskodat sebagai anggota DPR RI.

Viktor Bungtilu Laiskodat, Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur, memperoleh 65.357 suara, kalah terpaut 10.972 suara dibandingkan Ratu Wulla memperoleh 76.331 suara di daerah pemilihan (Dapil) 2 NTT.

Pengunduran diri Ratu Wulla mengagetkan banyak kalangan, dan mengecewakan masyarakat NTT, khususnya masyarakat Sumba Barat Daya.

Selain menimbulkan kontroversi, pengunduran diri Ratu Wulla ditenggarai bermuatan kepentingan personal, dan hanya sebagai alibi memuluskan langkah Viktor Laiskodat.

Selain untuk kepentingan pribadi Viktor Laiskodat, tentu tidak bisa diabaikan ada kemungkinan kepentingan tersembunyi elit Partai Nasdem.

Fenomena ini sebagai indikator Partai Politik, khususnya Partai Nasdem dalam hal ini, sebenarnya tidak siap dengan sistem pemilu proporsional terbuka.

Sistem proporsional terbuka secara penampilan demokrasi, terlihat sangat demokratis, tetapi tak ubahnya bagaikan pisau bermata dua. Indah terlihat sangat demokratis tetapi disisi lain bisa membunuh kader favorit dukungan partai politik, termasuk tokoh penting partai politik.

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan tokoh penting partai, terutama "anak emas" partai adakalanya dilakukan dengan berbagai cara. Secara halus lewat cara negoisiasi meminta seseorang mundur dengan memberi kompensasi.

Cara demikian tentu mereduksi sistem pemilu proporsional terbuka, dan merupakan residu atau ampas menimbulkan kontaminasi demokrasi yang disepakati mempergunakan sistem proporsional terbuka.

Suka tidak suka, sistem proporsional terbuka menimbulkan tegangan tinggi kompetisi internal partai, saling menjatuhkan bagi sesama kader partai, bahkan adakalanya menyebabkan petinggi partai kalah telak di Pileg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun