Chat GPT memang sudah memiliki kemampuan mendekati manusia tetapi belum bisa memiliki kemampuan persis seperti manusia. Sehingga kemajuan teknologi Chat GPT hingga memiliki kemampuan artificial intellegence yang hampir mendekati kemampuan manusia diprediksi hanya akan mampu menggantikan peranan manusia sebesar 70 hingga 80 persen dari kemampuan manusia.
Persentase yang kecil ini, walau nampak sangat kecil tetapi memiliki arti penting dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan kecerdasan yang hanya dimiliki oleh manusia, yaitu kecerdasan yang berasal dari belahan otak sebelah kanan manusia yang terdiri dari soft skill berbentuk kecerdasan berpikir lateral, intuisi, kreativitas, seni dan kemampuan merasakan perasaan diri sedniri maupun orang lain (berempati) yang semuanya merupakan kecerdasan emosi (emotional intellegence)
Sedangkan otak sebelah kanan berfungsi sebagai kecerdasan analisa, logika, bahasa, matematika, atau lajim juga disebut otak kanan itu berpikir berdasarkan fakta atau data. Itulah yang hendak ditiru dalam program artificial intellegence, dan kemampuan emotional intellegence sampai hari ini belum bisa ditiru untuk dijadikan sebagai artificial intellegence.
Oleh karena itu kehadiran teknologi komputasi berbentuk artificial intellegence tidak akan mampu menggantikan semua posisi manusia dalam dunia pekerjaan, walau sebagian besar dari pekerjaan manusia diprediksi memang akan mampu digantikan oleh teknologi artificial intellegence.
Peluang itulah yang harus tetapi dimanfaatkan oleh manusia dengan mempersiapkan diri memiliki soft skill di bidang yang berkaitan dengan emotional quotient atau kemampuan mengenali, memahami dan mengendalikan perasaan sendiri maupun perasaan orang lain. Kemampuan mengenali perasaan tersebut akan memberi kecerdasan dalam berinteraksi dan memberikan pelayanan yang baik bagi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H