Baca juga  Pulau Jawa Ajang Pertempuran Sengit Parpol 2024 yang dapat menunjukkan bagaimana pemilih tradisional PKB yang loyal dari masa pemilu ke pemilu.
Berdasarkan data perolehan pemilu sebelumnya, sebenarnya bukan hanya PKB memiliki pemilih loyal karena adanya ikatan emosional dengan partai politik, maupun karena terjadinya institusionalisasi partai politik. Selain PKB, PDI Perjuangan juga memiliki basis massa yang loyal dan memiliki kedekatan idiologis ajaran Bung Karno yaitu Pancasila 1 Juni 1945 dan Marhaenisme menjadikan PDI Perjuangan memiliki basis massa pemilih loyal yang sangat signifikan di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Secara historis PDI Perjuangan juga memiliki kedekatan emosional dengan institusi NU dan masyarakat anggota NU, baik sejak zaman Bung Karno maupun era kepimpinan Megawati Soekarno Putri. Dalam masa pergerakan reformasi Gus Dur sebagai tokoh sentral NU saat itu memiliki kedekatan pribadi dengan Megawati sebagai tokoh penting barisan Sukarno (PDI).
Namun pemilihan Presiden yang mendudukkan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 Indonesia lewat Poros Tengah  permainan Amien Rais menyisakan catatan kelam hubungan Gus Dur dengan Megawati, dan kalangan NU dengan Barisan Nasional pengikut Bung Karno.
Tetapi Megawati  Sukarno Putri tidak memiliki dendam sejarah dengan NU. Hal ini dibuktikan kemudian dengan mencalonkan diri sebagai Capres 2024 berpasangan dengan Kiai Ahmad Hasyim Muzadi ulama besar Nahdlatul Ulama, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar NU.
Presiden Joko Widodo sebagai calon yang diusung PDI Perjuangan di periode kedua (2019-2024) terpilih berpasangan dengan  K.H. Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden yang merupakan tokoh NU, dan representasi kalangan NU.
PDI Perjuangan dan PKB sebagai dua partai politik yang memiliki basis massa jelas dan loyal dapat dikategorikan sudah memasuki fase institusionalisasi partai politik dan memiliki potensi besar sebagai partai memiliki idiologi jelas yang mengikat kedekatan emosional maupun kedekatan bathin antara partai politik dan konstituennya. Dan ada nilai penting mengikat loyalitas yang terjalin menjadikan kedua partai ini tetap eksis dalam dinamika kontestasi pemilu maupun dalam pola kompetisi partai politik (Volatility) Pemilu maupun Pilpres 2024.
Tidak dapat dipungkiri NU sebagai institusi dan pemilik massa besar dan loyal harus diperhitungkan dalam setiap kancah kontestasi pemilihan umum, khususnya Pemilihan Umum. Rencana Koalisi Partai Gerindra dan PKB mencalon pasangan Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar juga merupakan salah satu bentuk barometer menunjukkan arti penting NU sebagai institusi maupun arti penting masyarakat NU.
Partai Gerindra melihat peluang itu sehingga tertarik berkoalisi dengan tokoh representasi NU sebagai salah satu cara penetrasi "ceruk" pemilih dari kalangan NU sebagai sebuah segmen potensial dalam rangka votatility.
PDI Perjuangan selain selama ini sudah membuktikan diri membangun koalisi dengan kalangan NU sudah barang tentu tidak akan mengabaikan catatan sejarah kedekatan sebelumnya, dan di prediksi akan tetap memberikan tempat yang indah dalam barisan koalisi PDI Perjuangan, apakah itu secara institusional maupun lewat representasi kalangan NU.
Seperti dikatakan Wahyu Triono dalam artikelnya, memang NU secara institusional sampai hari bersikap netral, tidak kemana-mana, tetapi tidak menutup kemungkinan akan ada dimana-mana, itulah celah yang memungkinkan bagi PDI Perjuangan untuk melanjutkan kemesraannya dengan NU.