Pigur yang akan bertarung dalam Kontestasi Pilpres 2024 belum jelas, karena secara kontitusional belum ada pasangan calon resmi. Tetapi nuansa persaingan sengit sudah mewarnai atmosfir kehidupan dan ruang publik.
Pilpres 2024 kali ini jadi ajang "pertarungan hidup mati" bagi sebagaian kalangan elit politik, karena menyangkut kelangsungan perjalanan nasib politik, ekonomi dan kepentingan terselubung (hidden agenda) pihak tertentu.
Presiden Jokowi sebagai patahana tidak turut bertarung lagi, ini periode terakhir, sehingga Pilpres 2024 jadi arena pertempuran merebut kekuasaan, dan jalan meniti akses maupun kanal ke lingkaran pusat pemerintahan.
Pihak yang selama ini telah menikmati gurih-nya rasa sebagai bagian dalam lingkaran kekuasaan akan mencari cantolan baru mendukung pigur capres yang dianggap bisa menjamin kelangsungan kepentingannya.
Sebaliknya pihak yang selama ini sebagai "Oposisi", maupun kelompok di luar lingkaran kekuasaan, atau yang merasa tidak terakomodir keinginannya akan menjadikan Pilpres 2024 sebagai ajang pertempuran sengit dan momentum penentuan hidup atau mati. Maka boleh jadi akan memilih lewat jalan menghalalkan segala cara karena menyangkut kontinuitas kepentingan dan pengaruh politik.
Ironisnya, ada juga pihak yang selama ini merupakan bagian dari lingkaran kekuasaan Presi SERING den Jokowi memilih jalan sendiri lewat sikap berseberangan dengan lingkaran kekuasaan (koalisi). Dengan harapan akan jadi "The King Maker", dan jadi pusat pusaran kekuasaan di masa mendatang. Oleh karena itu sejak dini hari tampil pertama ke depan menjadi pusat perhatian dan sebagai tokoh yang harus diperhitungkan untuk bargaining positition, sebagai jalan mencapai bargaining power.
Bauran kepentingan berbeda ini akan jadi motor penggerak sengitnya kontestasi pemilihan presiden 2024 sehingga sangat "Fragile", gampang pecah, menyulut instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu harus "handle with care".
Kelompok kepentingan lajim diartikan sebagai "sejumlah orang yang memiliki kesamaan tujuan", mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan mempengaruhi keputusan politik agar sesuai dengan kepentingan kelompoknya.
Kelompok kepentingan bertujuan mewakili kepentingan-kepentingan anggotanya. Kekuatan kelompok kepentingan ada pada status keanggotaan terorganisir, sumber daya manusia, dana dan jaringan.
Kelompok kepentingan memiliki kemampuan sebagai penentu, atau mempengaruhi agenda penggalangan isu, penyebar gagasan dan mendesak pemerintah