Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analogi Pemilihan Presiden ala Jokowi, Sarat Makna Permenungan

23 Oktober 2022   01:37 Diperbarui: 23 Oktober 2022   01:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden Joko Widodo ketika menyampaikan kata sambutan di acara Ulang Tahun Partai Golkar ke-58 (Jumat Malam 21 Oktober 2022) di JI Expo Kemayoran Jakarta menganalogikan memilih Presiden dan Wakil Presiden ibarat melakukan test dan seleksi calon Pilot dan Co-Pilot pesawat terbang.  

Bicara tentang kontestasi pemilihan presiden di acarDiaa partai politik merupakan hal lumrah dilakukan karena memang partai politik memang organisasi yang berkompeten di ranah pemilihan presiden. Namun ketika Presiden Jokowi memberi wejangan tentang pemilihan presiden yang akan datang, maka pesan yang terkandung dibalik ucapannya mengundang penuh tanda tanya serta layak sebagai bahan permenungan.

Ketika Presiden Jokowi menyampaikan pesan itu sudah barang tentu muatannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri untuk terpilih kembali sebagai Presiden, karena Presiden Jokowi tidak ikut lagi bertarung memperebutkan kursi Presiden. Ucapannya murni sebagai sebuah harapan untuk kebaikan kehidupan berbangsa dan bernegara paska periode kepemimpinannya.  Yang dilakukan beliau ini sebenarnya sah-sah saja dan wajar dilakukan.

Namun menjadi menarik serta menggelitik ketika beliau memberi analogi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ibarat memilih Pilot dan Co Pilot, serta kemudian ucapan beliau yang mengatakan "Jangan Sembarangan" memilih. 

Dalam analogi yang disampaikan, ketika sebuah perusahaan pesawat terbang melakukan wawancara terhadap dua orang calon pilot, orang pertama agar terpilih mengatakan "dia akan mematuhi hukum penerbangan internasional dan akan terbang di ketinggian tiga puluh ribu kaki". Sedangkan calon pilot kedua agar terpilih mengatakan "akan menempatkan semua penumpang di kelas bisnis, dan semua penumpang akan diberikan discount tiket"

Pesan yang tersirat dar anlagi itu, orang pertama menunjukkan sikap yang patuh terhadap mekanisme dan aturan pekerjaannya untuk mencapai tujuan dan hal itulah yang semestinya yang dilakukan oleh siapapun ketika ikut berkompetisi maupun saat melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sedangkan orang kedua menunjukkan sikap tidak rasional dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya walau lamgkah yang dilakukannya sebenarnya bertentangan dengan aturan main yang berlaku.

Nah, disinilah menariknya membicarakan pesan yang tersirat dalam sikap orang kedua ini, dimana dengan jelas nampak sikapnya yang tidak rasional, dan melakukan sesuatu dengan semau diri sendiri tanpa peduli dengan efek negatif yang ditimbulkannya. Sikap yang tidak rasional seperti ini memang layak untuk tidak dipilih karena memang tidak memenuhi kriteria yang baik sebagai pemimpin.

Dalam berbagai kontestasi pemilihan umum, baik ketika pemilihan calon anggota legislatif, pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden sering kita menemukan kandidat yang seenak perutnya berkampanye menabur janji muluk-muluk dan tidak rasional. Ironisnya ada pula kandidat yang menghalalkan segala cara demi kepentingan diri dan kelompoknya dengan mengatasnamakan kepentingan dan kesejahteraan masyarkat. Padahala dibalik ucapannya tersirat kepentingan sempit yang hanya berorientasi kepada kepentingan pribadi.

Berangkat dari kekuatiran itulah maka muncul himbauan dari Presiden Jokowi agar kiranya dalam pemilihan Presiden yang akan datang "Jangan sembarangan memilih Presiden", tapi memilih lah dengan rasional, jangan emosional sempit agar jangan terbuai dengan ucapan-ucapan manis yang tidak masuk akal.

Salah satu penyebab kemungkinan terjadi sikap tidak rasional ini adalah karena minimnya referensi atau informasi yang dimiliki masyarakat tentang diri calon tersebut, maka sangat penting sekali mencermati track record seorang calon yang akan dipilih. Untuk menilai calon presiden sebenarnya tidak lah begitu susah untuk memperoleh pengetahuan tentang latar belakang maupun karakteristik seseorang, karena bakal calon presiden yang akan ikut berkompetisi nantinya merupakan publik pigur  maupun elit politik yang telah lama berkecimpung di ranah publik. Sehingga cenderung lebih mudah mencari referensi tentang latar belakang seorang calon presiden, baik itu tentang prestasinya maupun tentang catatan kelam tentang sepak terjangnya.

Dari beberapa nama-nama yang telah muncul ke permukaan sebagai calon potensial Presiden saat ini, sebenarnya semua bukan pigur yang teramat sulit untuk bisa dikenal oleh masyarakat, baik tentang prestasi dan kekurangannya, karena pigur-pigur itu tidak ada diantaranya yang tiba-tiba baru muncul ke permukaan, tetapi sudah lama sebagai pigur bahan perbincangan di tengah-tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun